Senin, 08 Maret 2010


Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Osteoporosis
SATUAN ACARA PENYULUHAN
OSTEOPOROSIS

Pokok bahasan : Kesehatan Tulang
Sub pokok bahasan : Osteoporosis
Penyuluh : Mahasiswa Jurusan Kebidanan semester VI
Hari/tanggal : Rabu, 4 Juni 2008
Waktu : 08.00 WIB - selesai
Tempat : Di Balai desa Wonoboyo
Sasaran : Para Lansia

I. Tujuan Intruksional Umum ( TIU )
Peserta dapat memahami tentang Osteoporosis

II. Tujuan Intruksional Khusus ( TIK )
1. Peserta dapat menjelaskan pengertian osteoporosis
2. Peserta dapat menjelaskan tentang macan-macam osteoporosis
3. Peserta dapat menjelaskan tentang faktor penyebab dari osreoporosis
4. Peserta dapat menyebutkan beberapa gejala dari osteoporosis
5. Peserta dapat mengetahui sedikit diagnosda sementara setelah tahu akan gejala osteoporosis
6. Peserta dapat menyebutkan cara pencegahan dan pengobatan osteoporosis

III. Media
1. LCD
2. Laptop
3. Leaflet osteoporosis

IV. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi

V. Pelaksanaan
No. Acara Waktu Kegiatan Penyuluhan Evaluasi
1. Pembukaan 5mnt • Mengucap salam dan terimakasih atas kedatangan para peserta.
• Memperkenalkan diri dan apresiasi. Menjawab salam, mendengarkan dengan seksama.
2. Inti 15 mnt • Menyampaikan materi tentang pengertian ostreoporosis
• Menyebutkan tentang macam-macam osteoporosis.
• Menjelaskan tentang faktor pentebab osteoporosis
• Mengetahui diagnosa setelah tinbul gejala
• Menyebutkan tentang pencegahan dan pengobatab osteoporosis Mendengarkan dan memperhatikan.
3. Diskusi 25 mnt Meminta peserta untuk mengajukan pertanyaan jika belum jelas. Peserta mengajukan pertanyaan.
4. Penutup 5 mnt • Menyimpulkan hasil penyuluhan.
• Memberi saran-saran.
• Memberi salam dan meminta maaf bila ada kesalahan.
• Mengucapkan terima kasih atas perhatian dan mengucapkan salam. Peserta menjawab salam.



VI. Materi

OSTEOPOROSIS
A. Pengertian
Osteoporosis adalah penyakit tulang yang mempunyai sifat-sifat khas berupa massa tulang yang rendah, disertai mikro arsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang yang dapat akhirnya menimbulkan kerapuhan tulang.
B. Macam-macam
1. Osteoporosis primer
Osteoporosis primer sering menyerang wanita paska menopause dan juga pada pria usia lanjut dengan penyebab yang belum diketahui.
2. Osteoporosis sekunder
Sedangkan osteoporosis sekunder disebabkan oleh penyakit yang berhubungan dengan :
a Kelainan hepar
b Kegagalan ginjal kronis
c Kurang gerak
d Kebiasaan minum alkohol
e Pemakai obat-obatan/corticosteroid
f Kelebihan kafein
g Merokok

C. Faktor penyebab
1. Osteoporosis postmenopausal terjadi karena kekurangan estrogen (hormon utama pada wanita), yang membantu mengatur pengangkutan kalsium ke dalam tulang pada wanita. Biasanya gejala timbul pada wanita yang berusia diantara 51-75 tahun, tetapi bisa mulai muncul lebih cepat ataupun lebih lambat. Tidak semua wanita memiliki resiko yang sama untuk menderita osteoporosis postmenopausal, wanita kulit putih dan daerah timur lebih mudah menderita penyakit ini daripada wanita kulit hitam.
2. Osteoporosis senilis kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan kalsium yang berhubungan dengan usia dan ketidakseimbangan diantara kecepatan hancurnya tulang dan pembentukan tulang yang baru. Senilis berarti bahwa keadaan ini hanya terjadi pada usia lanjut. Penyakit ini biasanya terjadi pada usia diatas 70 tahun dan 2 kali lebih sering menyerang wanita. Wanita seringkali menderita osteoporosis senilis dan postmenopausal.
3. Kurang dari 5% penderita osteoporosis juga mengalami osteoporosis sekunder, yang disebabkan oleh keadaan medis lainnya atau oleh obat-obatan. Penyakit ini bisa disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan kelainan hormonal (terutama tiroid, paratiroid dan adrenal) dan obat-obatan (misalnya kortikosteroid, barbiturat, anti-kejang dan hormon tiroid yang berlebihan). Pemakaian alkohol yang berlebihan dan merokok bisa memperburuk keadaan ini.
4. Osteoporosis juvenil idiopatik merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya tidak diketahui. Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi hormon yang normal, kadar vitamin yang normal dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang.

D. Gejala
Kepadatan tulang berkurang secara perlahan (terutama pada penderita osteoporosis senilis), sehingga pada awalnya osteoporosis tidak menimbulkan gejala. Beberapa penderita tidak memiliki gejala. Jika kepadatan tulang sangat berkurang sehingga tulang menjadi kolaps atau hancur, maka akan timbul nyeri tulang dan kelainan bentuk.
Kolaps tulang belakang menyebabkan nyeri punggung menahun. Tulang belakang yang rapuh bisa mengalami kolaps secara spontan atau karena cedera ringan. Biasanya nyeri timbul secara tiba-tiba dan dirasakan di daerah tertentu dari punggung, yang akan bertambah nyeri jika penderita berdiri atau berjalan. Jika disentuh, daerah tersebut akan terasa sakit, tetapi biasanya rasa sakit ini akan menghilang secara bertahap setelah beberapa minggu atau beberapa bulan. Jika beberapa tulang belakang hancur, maka akan terbentuk kelengkungan yang abnormal dari tulang belakang (punuk Dowager), yang menyebabkan ketegangan otot dan sakit.
Tulang lainnya bisa patah, yang seringkali disebabkan oleh tekanan yang ringan atau karena jatuh. Salah satu patah tulang yang paling serius adalah patah tulang panggul. Yang juga sering terjadi adalah patah tulang lengan (radius) di daerah persambungannya dengan pergelangan tangan, yang disebut fraktur Colles. Selain itu, pada penderita osteoporosis, patah tulang cenderung menyembuh secara perlahan
E. Diagnosa
Pada seseorang yang mengalami patah tulang, diagnosis osteoporosis ditegakkan berdasarkan gejala, pemeriksaan fisik dan rontgen tulang. Pemeriksaan lebih lanjut mungkin diperlukan untuk menyingkirkan keadaan lainnya yang bisa diatasi, yang bisa menyebabkan osteoporosis.
Untuk mendiagnosis osteoporosis sebelum terjadinya patah tulang dilakukan pemeriksaan yang menilai kepadatan tulang. Pemeriksaan yang paling akurat adalah DXA (dual-energy x-ray absorptiometry). Pemeriksaan ini aman dan tidak menimbulkan nyeri, bisa dilakukan dalam waktu 5-15 menit. DXA sangat berguna untuk: - wanita yang memiliki resiko tinggi menderita osteoporosis - penderita yang diagnosisnya belum pasti - penderita yang hasil pengobatannya harus dinilai secara akurat.

F. Pencegahan
Pencegahan osteoporosi meliputi: - Mempertahankan atau meningkatkan kepadatan tulang dengan mengkonsumsi kalsium yang cukup - Melakukan olah raga dengan beban - Mengkonsumsi obat (untuk beberapa orang tertentu).
Mengkonsumsi kalsium dalam jumlah yang cukup sangat efektif, terutama sebelum tercapainya kepadatan tulang maksimal (sekitar umur 30 tahun). Minum 2 gelas susu dan tambahan vitamin D setiap hari, bisa meningkatkan kepadatan tulang pada wanita setengah baya yang sebelumnya tidak mendapatkan cukup kalsium. Sebaiknya semua wanita minum tablet kalsium setiap hari, dosis harian yang dianjurkan adalah 1,5 gram kalsium.
Olah raga beban (misalnya berjalan dan menaiki tangga) akan meningkatkan kepadatan tulang. Berenang tidak meningkatkan kepadatan tulang. Estrogen membantu mempertahankan kepadatan tulang pada wanita dan sering diminum bersamaan dengan progesteron. Terapi sulih estrogen paling efektif dimulai dalam 4-6 tahun setelah menopause; tetapi jika baru dimulai lebih dari 6 tahun setelah menopause, masih bisa memperlambat kerapuhan tulang dan mengurangi resiko patah tulang. Raloksifen merupakan obat menyerupai estrogen yang baru, yang mungkin kurang efektif daripada estrogen dalam mencegah kerapuhan tulang, tetapi tidak memiliki efek terhadap payudara atau rahim. Untuk mencegah osteroporosis, bisfosfonat (contohnya alendronat), bisa digunakan sendiri atau bersamaan dengan terapi sulih hormon.
G. Pengobatan
Tujuan pengobatan adalah meningkatkan kepadatan tulang. Semua wanita, terutama yang menderita osteoporosis, harus mengkonsumsi kalsium dan vitamin D dalam jumlah yang mencukupi. Wanita pasca menopause yang menderita osteoporosis juga bisa mendapatkan estrogen (biasanya bersama dengan progesteron) atau alendronat, yang bisa memperlambat atau menghentikan penyakitnya.
Bifosfonat juga digunakan untuk mengobati osteoporosis. Alendronat berfungsi: - mengurangi kecepatan penyerapan tulang pada wanita pasca menopause - meningkatakan massa tulang di tulang belakang dan tulang panggul - mengurangi angka kejadian patah tulang. Supaya diserap dengan baik, alendronat harus diminum dengan segelas penuh air pada pagi hari dan dalam waktu 30 menit sesudahnya tidak boleh makan atau minum yang lain. Alendronat bisa mengiritasi lapisan saluran pencernaan bagian atas, sehingga setelah meminumnya tidak boleh berbaring, minimal selama 30 menit sesudahnya. Obat ini tidak boleh diberikan kepada orang yang memiliki kesulitan menelan atau penyakit kerongkongan dan lambung tertentu.
Kalsitonin dianjurkan untuk diberikan kepada orang yang menderita patah tulang belakang yang disertai nyeri. Obat ini bisa diberikan dalam bentuk suntikan atau semprot hidung. Tambahan fluorida bisa meningkatkan kepadatan tulang. Tetapi tulang bisa mengalami kelainan dan menjadi rapuh, sehingga pemakaiannya tidak dianjurkan.
Pria yang menderita osteoporosis biasanya mendapatkan kalsium dan tambahan vitamin D, terutama jika hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa tubuhnya tidak menyerap kalsium dalam jumlah yang mencukupi. Jika kadar testosteronnya rendah, bisa diberikan testosteron.
Patah tulang karena osteoporosis harus diobati. Patah tulang panggul biasanya diatasi dengan tindakan pembedahan. Patah tulang pergelangan biasanya digips atau diperbaiki dengan pembedahan. Pada kolaps tulang belakang disertai nyeri punggung yang hebat, diberikan obat pereda nyeri, dipasang supportive back brace dan dilakukan terapi fisik.
http://lorenatazo.blogspot.com/2009/12/satuan-acara-penyuluhan-sap.html 8 maret 2010

ember 04, 2009
Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Kespro remaja
SATUAN ACARA PENYULUHAN
KESEHATAN REPRODUKSI

Pokok bahasan : Kesehatan Reproduksi
Sub pokok bahasan : Remaja dan seks pra nikah
Penyuluh : Mahasiswa Jurusan Kebidanan semester VI
Hari/tanggal : Sabtu, 23 Mei 2009
Waktu : pukul 19.00 s.d 20.00 WIB
Tempat : Ruang pertemuan balai desa
Sasaran : Remaja RW 05 dukuh Pacalan

I. Tujuan Intruksional Umum ( TIU )
Setelah mendapatkan penyuluhan tentang remaja dan seks pra nikah pada remaja selama 60 menit, diharapkan remaja di wilayah Rw 05 dukuh pacalan dapat mengetahui dan memahami tentang bahaya seks pra nikah

II. Tujuan Intruksional Khusus ( TIK )
1. Peserta dapat menjelaskan pengertian remaja dan seks pra nikah
2. Peserta dapat menjelaskan cirri-ciri remaja
3. Peserta dapat menjelaskan factor-faktor yang mendorong seks pra nikah
4. Peserta dapat menjelaskan cara mengendalikan dorongan seks
5. Peserta dapat menjelaskan akibat seks pra nikah
6. peserta dapat menjelaskan macam macam penyakit menular seks

III. Media
1. OHP
2. Leaflet

IV. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi

V. Pelaksanaan
No. Acara Waktu Kegiatan Penyuluhan Evaluasi
1. Pembukaan 5mnt • Mengucap salam dan terimakasih atas kedatangan para peserta.
• Memperkenalkan diri dan apresiasi. Menjawab salam, mendengarkan dengan seksama.
2. Inti 15 mnt • Menyampaikan materi tentang pengertian remaja dan seks pra nikah
• Menjelaskan pengertian remaja.
• Menjelaskan tentang factor factor yang mendorong seks pra nikah
• Menjelaskan tentang cara mengendalikan dorongan seks pra nikah
• Menjelaskan akibat seks pra nikah
• Menjelaskan macam-macam PMS
Mendengarkan dan memperhatikan.
3. Diskusi 25 mnt Meminta peserta untuk mengajukan pertanyaan jika belum jelas. Peserta mengajukan pertanyaan.

4. Penutup 5 mnt • Menyimpulkan hasil penyuluhan.
• Memberi saran-saran.
• Memberi salam dan meminta maaf bila ada kesalahan.
• Mengucapkan terima kasih atas perhatian dan mengucapkan salam. Peserta menjawab salam.


VI. Materi
REMAJA DAN SEKS PRA NIKAH
A. REMAJA
1. Pengertian :
- Kelompok 10-19 tahun, belum menikah
- Masa peralihan dari masa kanak-kanank menjelang dewasa
- Masa rawan dan kritis karena perkembangan emosi dan perilaku masih belum stabil
2. Ciri-ciri psikis:
- Cenderung ingin bebas
- Ingin coba-coba
- Lebih suka berkelompok
- Mudah terpengaruhi
Ciri-ciri fisik :
Pada remaja putri : Payudara membesar, Panggul melebar, Mengalami menstruasi
Pada remaja putra : Suara berubah, Jakun membesar, mimpi basah


3. Faktor- faktor yang mempengaruhi dorongan seksual :
- Dorongan seksual adalah normal, juga dialami remaja
- Factor-faktor yang mempengaruhi dorongan seksual:
• Menonton gambar porno
• Melihat gambar porno
• Mendengar cerita porno
• Berduaan ditempat sepi
• Berkhayal tentang seksual
• Menggunakan zat perangsang (narkoba)

Cara mengendalikan dorongan seks
- Taat beribadah
- Remaja memahamu tugasnya, misalnya belajar/ bekerja
- Mengisi waktu dengan bakat, minat, dan kemampuan misalnya: olahraga, kesenian, dan berorganisasi.

B. SEKS PRA NIKAH
1. Pengertian
Seks pranikah adalah hubungan seksual yang dilakukan remaja semelum menikah

2. Akibatnya:
- Kehilangan keperawanan dan keperjakaan
- Tertular Penyalit Menular Seksual (PMS)
- Kehamilan tidak diinginkan
- Kawin paksa
3. Faktor yang mempengaruhi:
Tidak bisa mengendalikan dorongan seksual pada masa remaja
4. Cara menghindari :
- Mampu menahan dorongan seksual pada masa remaja
- Memahami bahwa remaja tidak boleh melakukan hubungan seks sebelum nikah
5. Penyakit Menular Seksual (PMS)
Adalah penyakit yang diularkan melalui hubungan seks dengan penderita penyakit kelamin
Jenis-jenis:
- silis (raja singa)
- gonore(kencing nanah)
- Jengger ayam (kutil kelamin)
Akibat:
- Infeksi saliran reproduksi
- Kemandulan
- Keguguran kandungan
- Kanker mulur rahim
- Cacat janin
http://lorenatazo.blogspot.com/2009/12/satuan-acara-penyuluhan-sap-kespro.html



Kesehatan Reproduksi Remaja
Filed Under: aseli karya sendiri by drhandri — 44 Comments
May 14, 2008
Oleh : dr. Sri Rejeki
PUSKESMAS KEMBIRITAN KECAMATAN GENTENG
PENGERTIAN
Kesehatan reproduksi menurut WHO adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya. Atau Suatu keadaan dimana manusia dapat menikmati kehidupan seksualnya serta mampu menjalankan fungsi dan proses reproduksinya secara sehat dan aman.
TUMBUH KEMBANG REMAJA.
Masa remaja dibedakan dalam :
1.Masa remaja awal, 10 – 13 tahun.
2.Masa remaja tengah, 14 – 16 tahun.
3.Masa remaja akhir, 17 – 19 tahun.
Pertumbuhan fisik pada remaja perempuan :
1.Mulai menstruasi.
2.Payudara dan pantat membesar.
3.Indung telur membesar.
4.Kulit dan rambut berminyak dan tumbuh jerawat.
5.Vagina mengeluarkan cairan.
6.Mulai tumbuh bulu di ketiak dan sekitar vagina.
7.Tubuh bertambah tinggi.
Perubahan fisik yang terjadi pada remaja laki-laki :
1.Terjadi perubahan suara mejadi besar dan mantap.
2.Tumbuh bulu disekitar ketiak dan alat kelamin.
3.Tumbuh kumis.
4.Mengalami mimpi basah.
5.Tumbuh jakun.
6.Pundak dan dada bertambah besar dan bidang.
7.Penis dan buah zakar membesar.
Perubahan psikis juga terjadi baik pada remaja perempuan maupun remaja laki-laki, mengalami perubahan emosi, pikiran, perasaan, lingkungan pergaulan dan tanggung jawab, yaitu :
1.Remaja lebih senang berkumpul diluar rumah dengan kelompoknya.
2.Remaja lebih sering membantah atau melanggar aturan orang tua.
3.Remaja ingin menonjolkan diri atau bahkan menutup diri.
4.Remaja kurang mempertimbangkan maupun menjadi sangat tergantung pada kelompoknya.
Hal tersebut diatas menyebabkan remaja menjadi lebih mudah terpengaruh oleh hal-hal yang negatif dari lingkungan barunya.
MENSTRUASI ATAU HAID.
Bila menstruasi baru mulai periodenya mungkin tidak teratur dan dapat terjadi sebulan dua kali menstruasi kemudian beberapa bulan tidak menstruasi lagi. Hal ini memakan waktu kira-kira 3 tahun sampai menstruasi mempunyai pola yang teratur dan akan berjalan terus secara teratur sampai usia 50 tahun. Bila seorang wanita berhenti menstruasi disebut menopause. Siklus menstruasi meliputi :
1.Indung telur mengeluarkan telur (ovulasi) kurang lebih 14 hari sebelum menstruasi yang akan datang.
2.Telur berada dalam saluran telur, selaput lendir rahim menebal.
3.Telur berada dalam rahim, selaput lendir rahim menebal dan siap menerima hasil pembuahan.
4.Bila tidak ada pembuahan, selaput rahim akan lepas dari dinding rahim dan terjadi perdarahan. Telur akan keluar dari rahim bersama darah.
Panjang siklus menstruasi berbeda-beda setiap perempuan. Ada yang 26 hari, 28 hari, 30 hari, atau bahkan ada yang 40 hari. Lama menstruasi pada umumnya 5 hari, namun kadang-kadang ada yang lebih cepat 2 hari atau bahkan sampai 5 hari. Jumlah seluruh darah yang dikeluarkan biasanya antara 30 – 80 ml. Selama masa haid, yang perlu diperhatikan adalah kebersihan daerah kewanitaan dengan mengganti pembalut sesering mungkin.
MIMPI BASAH, BAGAIMANA BISA TERJADI ?
Ketika seseorang laki-laki memasuki masa pubertas, terjadi pematangan sperma didalam testis. Sperma yang telah diproduksi ini akan dikeluarkan melalui Vas Deferens kemudian berada dalam cairang mani yang diproduksi oleh kelenjar prostat. Air mani yang telah mengandung sperma ini akan keluar yang disebut ejakulasi. Ejakulasi yang tanpa rangsangan yang nyata disebut mimpi basah. Masturbasi adalah memberikan rangsangan pada penis dengan gerakan tangan sendiri sehingga timbul ereksi yang disusul dengan ejakulasi, atau disebut juga onani.
KEHAMILAN.
Merupakan akibat utama dari hubungan seksual. Kehamilan dapat terjadi bila dalam berhubungan seksual terjadi pertemuan antara sel telur (ovum) dengan sel sperma. Proses kehamilan dapat diilustrasikan sebagai berikut :
1.Sel telur yang keluar dari indung telur pada saat ovulasi akan masuk kedalam sel telur.
2.Sperma yang tumpah didalam saluran vagina waktu senggama akan bergerak masuk kedalam rahim dan selanjutnya ke saluran telur.
3.Di saluran telur ini, sperma akan bertemu dengan sel telur dan langsung membuahi.
Tanda-tanda kehamilan :
1.Sering mual-mual, muntah dan pusing pada saat bangun tidur (morning sickness) atau sepanjang hari.
2.Mengantuk, lemas, letih dan lesu.
3.Amenorhea (tidak mengalami haid).
4.Nafsu makan menurun, namun pada saat tertentu menghendaki makanan tertentu (nyidam).
5.Dibuktikan melalui tes laboratorium yaitu HCG Test dan USG.
6.Perubahan fisik seperti payudara membesar dan sering mengeras, daerah sekitar Aerola Mammae (sekitar puting) membesar.
Kehamilan dibawah usia 20 tahun Organ reproduksi belum sempurna sehingga pada saat persalinan akan mengalami kesulitan.
Belum siap mental sebagai ibu.
Bila tidak diinginkan akan
Dilakukan abortus : suatu kejadian keluarnya hasil kehamilan sebelum janin dapat hidup diluar kandungan.
Abortus Spontan (tidak disengaja)
Provokatus (disengaja)

PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PENYAKIT KELAMIN).
Adalah infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual. Akan beresiko tinggi apabila dilakukan dengan berganti-ganti pasangan. Baik laki-laki maupun perempuan bisa beresiko tertular penyakit kelamin. Perempuan beresiko lebih besar tertular karena bentuk alat reproduksinya lebih rentan terhadap PMS. Sayangnya, 50% dari perempuan yang tertular PMS tidak tahu bahwa ia sudah tertular. PMS tidak dapat dicegah hanya dengan :
1.Membersihkan alat kelamin setelah berhubungan seksual.
2.Minum jamu tradisional.
3.Minum obat antibiotik sebelum dan sesudah berhubungan seksual.
PMS yang umum terdapat di Indonesia adalah :
1.Gonorrea.
2.Clamidia.
3.Sifilis.
4.Herpes genital.
5.Trikonomiasis.
6.Ulkul mole (chancroid).
7.Kutil kelamin.
8.HIV-AIDS.
GONORREA (GO)
Kuman penyebabnya : Neisseria gonnorrhoeae.
Masa inkubasi atau penyebaran kuman : 2 – 10 hari setelah hubungan seks.
Tanda-tanda : nyeri pada saat kencing, merah, bengkak dan bernanah pada alat kelamin.
Komplikasi yang timbul : infeksi radang panggunl, mandul, menimbulkan kebutaan pada bayi yang dilahirkan.
Pemeriksaan : pewarnaan gram dan biakan agar.
SIFILIS (RAJA SINGA)
Kuman penyebab : Trepanema palidum.
Masa inkubasi : tanpa gejala berlangsung 3 – 13 minggu, lalu timbul benjolan sekitar alat kelamin, disertai pusing, nyeri tulang, akan hilang sementara. 6 – 12 minggu setelah hubungan seks muncul bercak merah pada tubuh yang dapat hilang sendiri tanpa disadari. 5 – 10 tahun penyakit ini akan menyerang susunan syaraf otak, pembuluh darah dan jantung.
Komplikasi pada wanita hamil : dapat melahirkan dengan kecacatan fisik seperti kerusakan kulit, limpa, hati dan keterbelakangan mental.
Pemeriksaan : tes laboratorium untuk mendeteksi RPR (Rapid Plasma Reagent) dan TPHA (Trepanema Palidum Hemagglutination Assay).
TRIKONOMIASIS
Disebabkan oleh protozoa Trichomonas vaginalis.
Gejala-gejala yang mungkin ditimbulkan antara lain : Keluar cairan vagina encer berwarna kuning kehijauan, berbusa dan berbau busuk; Sekitar kemaluan bengkak, kemerahan, gatal dan terasa tidak nyaman.
Komplikasi yang bisa terjadi : lecet sekitar kemaluan, bayi lahir prematur, memudahkan penularan infeksi HIV.
Tes laboratorium untuk mendeteksi sediaan basah KOH.
ULKUS MOLE (Chancroid)
Disebabkan oleh bakteri Hemophilus ducreyi.
Gejala-gejala yang mungkin ditimbulkan antara lain : Luka lebih dari diameter 2 cm, cekung, pinggirnya tidak teratur, keluar nanah dan rasa nyeri; Biasanya hanya pada salah satu sisi alat kelamin. Sering (50%) disertai pembengkakan kelenjar getah bening di lipat paha berwarna kemerahan (bubo) yang bila pecah akan bernanah dan nyeri.
Komplikasi yang mungkin terjadi : kematian janin pada ibu hamil yang tertular, memudahkan penularan infeksi HIV.
Tes laboratorium untuk mendeteksinya dengan pewarnaag Gram dan Biakan agar selama seminggu.
KLAMIDIA
Disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis. Infeksi ini biasanya kronis, karena sebanyak 70% perempuan pada awalnya tidak merasakan gejala apapun sehingga tidak memeriksakan diri.
Gejala yang ditimbulkan : Cairan vagina encer berwarna putih kekuningan; Nyeri di rongga panggul; Perdarahan setelah hubungan seksual.
Komplikasi yang mungkin terjadi : Biasanya menyertai gonore; Penyakit radang panggul; Kemandulan akibat perlekatan pada saluran falopian; Infeksi mata pada bayi baru lahir; Memudahkan penularan infeksi HIV.
Tes laboratorium yang dilakukan untuk mendeteksi adalah Elisa, Rapid Test dan Giemsa.
KUTIL KELAMIN
Disebabkan oleh Human Papiloma Virus.
Gejala yang ditimbulkan : tonjolan kulit seperti kutil besar disekitar alat kelamin (seperti jengger ayam).
Komplikasi yang mungkin terjadi : kutil dapat membesar seperti tumor; bisa berubah menjadi kanker mulut rahim; meningkatkan resiko tertular HIV-AIDS.
Tidak perlu mendeteksi laboratorium karena langsung dapat terlihat oleh mata biasa.

HIV-AIDS
HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah sejenis virus yang menyebabkan AIDS. Virus ini menyerang sel darah putih manusia yang merupakan bagian paling penting dalam system kekebalan tubuh.
AIDS atau Acquired Immuno Deficiency Syndrome adalah kumpulan gejala-gejala akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh.
Seseorang yang terinfeksi HIV secara fisik tidak ada bedanya dengan orang yang tidak terinfeksi. Hampir tidak ada gejala yang muncul pada awal terinfeksi HIV. Tetapi ketika berkembang menjadi AIDS, maka orang tersebut perlahan-lahan akan kehilangan kekebalan tubuhnya sehingga mudah terserang penyakit dan tubuh akan melemah.
Obat-obatan yang ada pada saat ini, belum mampu untuk menjanjikan suatu kesembuhan yang pasti.
Tes HIV (ELISA dua kali) perlu disertai konseling sebelum dan sesudah tes dilakukan.
Setiap orang beresiko tertular HIV-AIDS, baik tua maupun muda, kaya atau miskin, heteroseksual maupun homoseksual, terkenal maupun tidak terkenal. Resiko tertular HIV tidak berkaitan dengan siapa kita, tetapi apa yang kita lakukan.
HIV dapat ditularkan dengan cara :
1.Hubungan seksual tanpa pelindung dengan Orang Dengan HIV-AIDS (ODHA).
2.Menggunakan benda tajam yang terkontaminasi oleh virus HIV, misalnya jarum suntik pada pengguna dan pecandu narkoba, alat pembuat tatto dan alat tindik.
3.Mendapatkan transfusi darah yang mengandung virus HIV.
4.Dari ibu ODHA kepada bayi yang dikandung dan disusuinya.
HIV tidak dapat ditularkan kepada orang lain melalui :
1.Bersalaman atau berpelukan.
2.Makanan dari piring yang pernah digunakan ODHA.
3.Batuk atau bersin ODHA.
4.Gigitan nyamuk.
5.Berenang ditempat berenang yang sama dengan ODHA.
6.Mengunjungi ODHA dirumah atau dirumah sakit.

ASPEK KESEHATAN YANG PERLU DIPERHATIKAN OLEH REMAJA PUTRI.
ANEMIA.
Anemia terjadi karena kurangnya zat besi dan asam folat dalam tubuh. Penderita anemia berpotensi melahirkan bayi dengan berat badan yang rendah serta kematian pada proses persalinan.
Tanda-tanda anemia :
1.Mudah lelah, mengantuk.
2.Pusing, muka pucat.
3.Tidak bersemangat.
Mengapa perempuan lebih rentan anemia dibandingkan laki-laki?
Kebutuhan zat besi perempuan 3 kali lipat lebih banyak dibandingkan laki-laki. Perempuan setiap bulan mengalami haid, jadi perlu zat besi untuk mengembalikan kondisi tubuhnya. Demikian pula pada saat hamil, butuh zat besi untuk kebutuhan perkembangan janin.
Apa yang perlu dilakukan agar terhindar dari anemia?
1.Mengkonsumsi makanan bergizi.
2.Mengkonsumsi tablet penambah darah.
TANDA-TANDA ANEMIA
1. LETIH
2.
5 L
LESU
3. LELAH
4. LEMAS
5. LALAI
http://drhandri.wordpress.com/2008/05/14/kesehatan-reproduksi-remaja/
http://drhandri.wordpress.com/2008/05/14/kesehatan-reproduksi-remaja/




Seksualitas dan kesehatan reproduksi remaja didefinisikan sebagai keadaan sejahtera fisik dan psikis seorang remaja, termasuk keadaan terbebas dari kehamilan yang tak dikehendaki, aborsi yang tidak aman, penyakit menular seksual (PMS) ter-masuk HIV/AIDS, serta semua bentuk kekerasan dan pemaksaan seksual (FCI, 2000).

Mengapa Kesehatan Reproduksi Remaja Sangat Penting?

Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dengan dewasa dan relatif belum mencapai tahap kematangan mental dan sosial sehingga mereka harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan. Banyak sekali life events yang akan terjadi yang tidak saja akan menentukan kehidupan masa dewasa tetapi juga kualitas hidup generasi berikutnya sehingga menempatkan masa ini sebagai masa kritis.

Di negera-negara berkembang masa transisi ini berlangsung sangat cepat. Bahkan usia saat berhubungan seks pertama ternyata selalu lebih muda daripada usia ideal menikah (Kiragu, 1995:10, dikutip dari Iskandar, 1997).

Pengaruh informasi global (paparan media audio-visual) yang semakin mudah diakses justru memancing anak dan remaja untuk mengadaptasi kebiasaan-kebiaasaan tidak sehat seperti merokok, minum minuman berakohol, penyalahgunaan obat dan suntikan terlarang, perkelahian antar-remaja atau tawuran (Iskandar, 1997). Pada akhirnya, secara kumulatif kebiasaan-kebiasaan tersebut akan mempercepat usia awal seksual aktif serta mengantarkan mereka pada kebiasaan berperilaku seksual yang berisiko tinggi, karena

kebanyakan remaja tidak memiliki pengetahuan yang akurat mengenai kesehatan reproduksi dan seksualitas serta tidak memiliki akses terhadap informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi, termasuk kontrasepsi.

Kebutuhan dan jenis risiko kesehatan reproduksi yang dihadapi remaja mempunyai ciri yang berbeda dari anak-anak ataupun orang dewasa. Jenis risiko kesehatan reproduksi yang harus dihadapi remaja antara lain adalah kehamilan, aborsi, penyakit menular seksual (PMS), ke-kerasan seksual, serta masalah keterbatasan akses terhadap informasi dan pelayanan kesehatan. Risiko ini dipe-ngaruhi oleh berbagai faktor yang saling

berhubungan, yaitu tuntutan untuk kawin muda dan hubungan seksual, akses terhadap pendidikan dan pekerjaan, ketidaksetaraan jender, kekerasan seksual dan pengaruh media massa maupun gaya hidup.

Khusus bagi remaja putri, mereka kekurangan informasi dasar mengenai keterampilan menegosiasikan hubungan seksual dengan pasangannya. Mereka juga memiliki kesempatan yang lebih kecil untuk mendapatkan pendidikan formal dan pekerjaan yang pada akhirnya akan mempengaruhi kemampuan pengambilan keputusan dan pemberdayaan mereka untuk menunda perkawinan dan kehamilan serta mencegah kehamilan yang tidak dikehendaki (FCI, 2000). Bahkan pada remaja putri di pedesaan, haid

pertama biasanya akan segera diikuti dengan perkawinan yang menempatkan mereka pada risiko kehamilan dan persalinan dini (Hanum, 1997:2-3).

Kadangkala pencetus perilaku atau kebiasaan tidak sehat pada remaja justru adalah akibat

ketidak-harmonisan hubungan ayah-ibu, sikap orangtua yang menabukan pertanyaan anak/remaja tentang fungsi/proses reproduksi dan penyebab rangsangan seksualitas (libido), serta frekuensi tindak kekerasan anak (child physical abuse).

Mereka cenderung merasa risih dan tidak mampu untuk memberikan informasi yang memadai mengenai alat reproduksi dan proses reproduksi tersebut. Karenanya, mudah timbul rasa takut di kalangan orangtua dan guru, bahwa pendidikan yang menyentuh isu perkembangan organ reproduksi dan fungsinya justru malah mendorong remaja untuk melakukan hubungan seks pranikah (Iskandar, 1997).

Kondisi lingkungan sekolah, pengaruh teman, ketidaksiapan guru untuk memberikan pendidikan kesehatan reproduksi, dan kondisi tindak kekerasan sekitar rumah tempat tinggal juga berpengaruh (O’Keefe, 1997: 368-376).

Remaja yang tidak mempu-nyai tempat tinggal tetap dan tidak mendapatkan perlin-dungan dan kasih sayang orang tua, memiliki lebih banyak lagi faktor-faktor yang berkontribusi, seperti: rasa kekuatiran dan ketakutan yang terus menerus, paparan ancaman sesama remaja jalanan, pemerasan, penganiayaan serta tindak kekerasan lainnya, pelecehan seksual dan perkosaan (Kipke et al., 1997:360-367). Para remaja ini berisiko terpapar pengaruh lingkungan yang tidak sehat, termasuk penyalahgunaan obat, minuman

beralkohol, tindakan kriminalitas, serta prostitusi (Iskandar, 1997).

Pelayanan Kesehatan Reproduksi bagi Remaja

Pilihan dan keputusan yang diambil seorang remaja sangat tergantung kepada kualitas dan kuantitas informasi yang mereka miliki, serta ketersediaan pelayanan dan kebijakan yang spesifik untuk mereka, baik formal maupun informal (Pachauri, 1997).

Sebagai langkah awal pencegahan, peningkatan pengetahuan remaja mengenai kesehatan reproduksi harus ditunjang dengan materi komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) yang tegas tentang penyebab dan konsekuensi perilaku seksual, apa yang harus dilakukan dan dilengkapi dengan informasi mengenai saranan pelayanan yang bersedia menolong seandainya telah terjadi kehamilan yang tidak diinginkan atau tertular ISR/PMS. Hingga saat ini, informasi tentang kesehatan reproduksi disebarluaskan dengan pesan-pesan yang samar dan tidak fokus, terutama bila mengarah pada perilaku seksual (Iskandar, 1997).

Di segi pelayanan kesehatan, pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana di Indonesia hanya dirancang untuk perempuan yang telah menikah, tidak untuk remaja. Petugas kesehatan pun belum dibekali dengan kete-rampilan untuk melayani kebutuhan kesehatan reproduksi para remaja (Iskandar, 1997).

Jumlah fasilitas kesehatan reproduksi yang menyeluruh untuk remaja sangat terbatas. Kalaupun ada, pemanfaatannya relatif terbatas pada remaja dengan masalah kehamilan atau persalinan tidak direncanakan. Keprihatinan akan jaminan kerahasiaan (privacy) atau kemampuan membayar, dan kenyataan atau persepsi remaja terhadap sikap tidak senang yang ditunjukkan oleh pihak petugas kesehatan, semakin membatasi akses pelayanan lebih jauh, meski pelayanan itu ada. Di samping itu, terdapat pula hambatan legal yang berkaitan dengan pemberian pelayanan dan informasi kepada kelompok remaja (Outlook, 2000).

Karena kondisinya, remaja merupakan kelompok sasaran pelayanan yang mengutamakan privacy dan confidentiality (Senderowitz, 1997a:10). Hal ini menjadi penyulit, mengingat sistem pelayanan kesehatan dasar di Indonesia masih belum menempatkan kedua hal ini sebagai prioritas dalam upaya perbaikan kualitas pelayanan yang berorientasi pada klien
http://askep-askeb-kita.blogspot.com/

Read more: http://askep-askeb.cz.cc/2010/01/tinjauan-umum-kesehatan-reproduksi.html#ixzz0hZtAX8YN

http://askep-askeb.cz.cc/2010/01/tinjauan-umum-kesehatan-reproduksi.html


ngambil dari dr. Sri Rejeki
Kesehatan reproduksi menurut WHO adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya. Atau Suatu keadaan dimana manusia dapat menikmati kehidupan seksualnya serta mampu menjalankan fungsi dan proses reproduksinya secara sehat dan aman.

TUMBUH KEMBANG REMAJA.

Masa remaja dibedakan dalam :

   1. Masa remaja awal, 10 – 13 tahun.
   2. Masa remaja tengah, 14 – 16 tahun.
   3. Masa remaja akhir, 17 – 19 tahun.

Pertumbuhan fisik pada remaja perempuan :

   1. Mulai menstruasi.
   2. Payudara dan pantat membesar.
   3. Indung telur membesar.
   4. Kulit dan rambut berminyak dan tumbuh jerawat.
   5. Vagina mengeluarkan cairan.
   6. Mulai tumbuh bulu di ketiak dan sekitar vagina.
   7. Tubuh bertambah tinggi.

Perubahan fisik yang terjadi pada remaja laki-laki :

   1. Terjadi perubahan suara mejadi besar dan mantap.
   2. Tumbuh bulu disekitar ketiak dan alat kelamin.
   3. Tumbuh kumis.
   4. Mengalami mimpi basah.
   5. Tumbuh jakun.
   6. Pundak dan dada bertambah besar dan bidang.
   7. Penis dan buah zakar membesar.

Perubahan psikis juga terjadi baik pada remaja perempuan maupun remaja laki-laki, mengalami perubahan emosi, pikiran, perasaan, lingkungan pergaulan dan tanggung jawab, yaitu :

   1. Remaja lebih senang berkumpul diluar rumah dengan kelompoknya.
   2. Remaja lebih sering membantah atau melanggar aturan orang tua.
   3. Remaja ingin menonjolkan diri atau bahkan menutup diri.
   4. Remaja kurang mempertimbangkan maupun menjadi sangat tergantung pada kelompoknya.

Hal tersebut diatas menyebabkan remaja menjadi lebih mudah terpengaruh oleh hal-hal yang negatif dari lingkungan barunya.
http://pelupa.com/forum_posts.asp?TID=2654

Remaja pada umumnya menghadapi permasalahan yang sama untuk memahami tentang
seksualitas, yaitu minimnya pengetahuan tentang seksualitas dan kesehatan reproduksi yang
disebabkan oleh terbatasnya akses informasi dan advokasi remaja, tidak adanya akses
pelayanan yang ramah terhadap remaja, belum adanya kurikulum kesehatan reproduksi remaja
di sekolah, serta masih terbatasnya institusi di pemerintah yang menangani remaja secara
khusus dan belum ada undang-undang yang mengakomodir hak-hak remaja
Regulasi perundangan dan budaya juga menyebabkan remaja semakin kesulitan secara
terbuka mendapatkan pengetahuan mengenai seksualitas dan reproduksi. Undang-Undang
masih membatasi dan menyebutkan melarang pemberian informasi seksual dan pelayanan
bagi orang yang belum menikah. Hal itu telah membatasi ruang pendidikan dan sosial untuk
memberikan pengetahuan pada remaja mengenai seksualitas. Selain itu, budaya telah
menyebabkan remaja tabu untuk membicarakan masalah seksualitas dan kesehatan
reproduksinya. Ketika itu terjadi, akhirnya jalan lain yang berdampak negatif terhadap
perkembangan remaja di pilih. Dan yang terjadi akhirnya banyak remaja yang memuaskan rasa
keingintahuannya melalui berbagai macam sumber informasi mengenai seksualitas media mas
sa
dan internet.
Keingintahuan remaja mengenai seksualitas serta dorongan seksual telah menyebabkan
remaja untuk melakukan aktivitas seksual remaja, yang akhirnya menimbulkan persoalan pada
remaja yang berkaitan dengan aktivitas seksual. Seperti
kasus-kasus kekerasan seksual, kehamilan tidak diinginkan (KTD) pada remaja, aborsi remaja,
pernikahan usia muda dan lain sebagainya.
1 / 3
Remaja dan Kesehatan Reproduksi
Perilaku seksual remaja
Dari hasil survey yang dilakukan oleh LKTS (Lembaga Kajian untuk Trasformasi Sosial)
Boyolali mengenai Kekerasan dan Perilaku seksual pada kalangan pelajar di Klaten
menunjukkan hasil yang memprihatinkan, perilaku seks bebas sudah mulai berkembang di
kalangan remaja. Survey menunjukkan bahwa hambatan informasi tentang seks dan kesehatan
reproduksi berasal dari orang tua akibat minimnya pengetahuan mereka tentang kesehatan
reproduksi dan seksualitas. Kondisi ini tercermin dari tingkat pendidikan orang tua siswa,
terutama ibu yang berpendidikan rendah (SMP ke bawah) sebanyak 61%. Padahal ibu memiliki
peran penting dalam memberikan informasi tentang seks pada anak-anaknya. Sedangkan ayah
yang berpendidikan di bawah SMP sebanyak 49,6% dan di SMA ke atas sebanyak 50,5%. Hal
lain yang menjadi kendala adalah faktor budaya yang masih menabukan segala topik yang
berkaitan dengan seks dan seksualitas bagi mereka orang yang belum menikah.
Minimnya pengetahuan seks membuat remaja mencari sumber informasi di luar rumah.
Sayangnya, media yag diakses justru hanya mengarah pada pornografi dan bukan pendidikan
seks yang bertanggung jawab. Handphone merupakan sarana favorit remaja untuk bertukar
gambar porno (26%), internet juga menjadi media yang cukup banyak diakses oleh responden
(20%), peredaran blue film yang longgar juga menyebabkan responden bisa dengan bebas
mengaksesnya (13%).
Perilaku seksual responden dalam berpacaran telah menjurus pada hubungan seks bebas.
Aktifitas berpacaran responden dimulai dari ngobrol (24%), pegang tangan (16%), pelukan
(13%), cium pipi (12%). Sedangkan perilaku yang sudah menjurus pada hubungan seks awal
2 / 3
Remaja dan Kesehatan Reproduksi
(foreplay) adalah cium pipi (9%), necking (9%), meraba organ seksual (4%), petting (2 %) dan
hubungan seksual (1%). Kondisi ini menunjukkan betapa sudah sangat mengkhawatirkannya
perilaku remaja saat ini.
Dalam aktifitas pacaran, responden tidak segan melakukannya di sekolah (14%) meskipun
rumah masih merupakan tempat yang sering digunakan oleh responden untuk berpacaran
(26%). Tetapi berpacaran di tempat umum, tempat rekreasi bahkan hotel pun sudah bukan
barang baru bagi remaja (23%).
Arus informasi melalui media masa dengan segala perangkatnya, surat kabar, tabloid media
elektronik, televisi, dan internet telah menyebabkan mempercepat terjadinya perubahan.
Remaja merupakan salah satu kelompok yang mudah terpengaruh oleh arus informasi baik
yang negatif maupun yang positif. Sebagaimana tercermin dalam survey tersebut, Hal ini
mempengaruhi remaja untuk berperilaku berisiko antara lain menjalin hubungan seksual
pranikah, dan perilaku seksual lainya hingga kekerasan seksual yang dapat mengakibatkan
kehamilan tidak diinginkan, resiko reproduksi lainnya, serta tertular infeksi menular seksual
termasuk HIV/AIDS.
Untuk itu, hubungan sinergis pemerintah, lembaga-lembaga pendidikan dan masyarakat harus
dikuatkan untuk menanggulangi permasalahan tersebut, upaya penyadaran remaja mengenai
pendidikan seks dan kesehatan reproduksinya harus dilakukan. Harus dikembangkan
seluas-luasnya pusat informasi mengenai seksualitas dan kesehatan reproduksi, tersedianya
pelayanan remaja yang ramah pada remaja termasuk konsultasi remaja, mengembangkan
media informasi dan pendidikan, mengintegrasikan program remaja ke dalam program
pencegahan HIV/AIDS dan IMS, memperkuat jaringan dan sistem rujukan ke pusat pelayanan
kesehatan yang relevan, memperkuat pelayanan dan informasi bagi remaja termasuk
meningkatkan perlindungan bagi remaja untuk menghindari segala upaya eksploitasi dan
kekerasan pada remaja.
3 / 3
http://www.lkts.org/pelita-online/index.php?view=article&catid=100%3Aseptember-2008&id=59%3Aremaja-dan-kesehatan-reproduksi-&format=pdf&option=com_content&Itemid=68

Remaja, sopo iku….???

Masa peralihan dari anak-2 menuju dewasa

Umumnya antara usia
10-19 tahun

Merupakan periode kematangan seksual yang merubah anak secara biologi menjadi dewasa yang memiliki kemampuan bereproduksi

Merupakan perkembangan psikologi dan sosio-ekonomi.

Dengan kata lain merupakan periode transisi, tumbuh, kembang dan “kesempatan”
Cirinya yaapa ..?

Perkembangan biologis nyata (pubertas

kematangan seksual dan reproduksi)

Perkembangan psikologis nyata (kognitif dan emosional)

Peralihan status dari anak yang dependen \ tergantung secara sosial ekonomi

independen \ bebas

Thelarche (perkembangan payudara):

Terjadi paling awal kadang usia < 10 th (8-13 th)

the first physical sign of puberty.

Menurut tanner (1962) payudara matang dalam usia 14-14 th (12-18 th)

Adrenarche / pubarche (perkembangan rambut aksila / pubis):

Mulai sekitar usia 11 th (10-14 th)

Dapat lebih dulu dari payudara

Tanner

rambut pubis dewasa dicapai pada usia 14-15 th (12-18 th)

Pertumbuhan tinggi badan lebih cepat (maksimal growth)

Bisa terjadi 2 th setelah telarche atau 1 th sebelum menarche

Dipengaruhi growth hormon, estradiol, dan insulin-like growth factor (IGF-I) atau somatomedin-C

Pertumbuhan bisa mencapai 4-10 cm dalam 10 tahun

Menarche

Variasi normal antara usia 9-16 tahun dengan rata-2 12-13 tahun

Haid pertama umumnya anovulatoir, iregular, periodenya lama dan perdarahannya banyak

Siklus anovulatoir ini dapat terjadi selama 12 bulan

Semakin tua haid semakin teratur + ovulasi

Feedback positif esterogen terhadap hipotalamus-pituitari

cetusan LH (LH surge) yang menstimulasi ovulasi

Perubahan psikis

Perasaan menjadi lebih sensitif

Emosional

Ingin tahu >>

AMAT SANGAT RENTAN terhadap : pergaulan bebas, drug abuse dl
Pubertas Prekoks

Perubahan karakteristik pubertas (terutama fisik) yang terjadi < 8 th

Umumnya ditandai pertumbuhan tinggi badan maksimal sebagai first sign
So what gitu lhoo..???

Masa transisi

banyak masalah yang terjadi

Dampak terhadap fisik juga kesehatan mental, emosi, ekonomi, kesejahteraan sosial dalam jangka panjang

Pengaruh terhadap diri, keluarga, masyarakat dan bangsa
Kok bisa…???

Akibat pertumbuhan dan perkembangan seksual serta kejiwaan

Identitas diri??

Ingin kencan

Ingin tahu >>>

Ingin coba-2
Seks bebas Kan enaak..!Terus kenapa gak boleh???

Remaja:

Tidak perjaka / perawan

Risiko PMS >>>

Ancaman unwanted pregnancy, unwanted child

unsafe abortion

infeksi, perdarahan, mati.

Trauma kejiwaan(depresi, rendah diri, merasa berdosa, masa depan suram)

Kehilangan kesempatan sekolah, bekerja

Melahirkan bayi yang kurang sehat

Keluarga:

Aib keluarga

Beban ekonomi keluarga bertambah

Pengaruh Kejiwaan anak yang dilahirkan

tekanan masyarakat sekitar (ejekan dll)

Masyarakat:

Remaja putus sekolah >>

kualitas masyarakat menurun

AKI dan AKB meningkat

derajat kesehatan menurun

Beban ekonomi masyarakat bertambah

derajat kesejahteraan masyarakat menurun
Lha yaapa terus…???

Fokus : Peningkatan pengetahuan kespro

Pencegahan kehamilan pada usia muda.

Kegiatan : Pencatatan dan pelaporan kegiatan kespro remaja, KIE, gizi remaja putri
Pencegahan lebih baik dari pada pengobatan

Promosi kesehatan

Etika reproduksi

Pendidikan kesehatan reproduksi

Undang-undang / peraturan
Hak-hak Kespro
1.
Hak hidup
2.
Hak menikah
3.
Hak hamil atau tidak hamil
4.
Hak seksualitas
5.
Hak menggunakan kontrasepsi
6.
Hak terbebas dari PMS
7.
Mendapat informasi & pelayanan yang berkualitas
Hak Kespro Remaja
1.
Menjadi Diri Sendiri
2.
Mendapat Informasi
3.
Atas Sehat/Kesehatan
4.
Melindungi Diri dan Dilindungi
5.
Mendapatkan Layanan Kesehatan
6.
Dilibatkan dalam Keputusan
7.
Berbagi Informasi
http://www.scribd.com/doc/19074927/Kesehatan-Reproduksi-Remaja

Read More......

Senin, 01 Maret 2010


TINJAUAN KASUS Ibu HaMIL
Ny. A berumur 28 tahun datang ke Puskesmas untuk periksa hamil tanggal 7 Maret 2007. hamil ini adalah kehamilan yang kedua dan belum pernah abortus, HPHT : 28 Mei 2006. Ibu mengatakan pusing, lemas, pandangan berkunang-kunang. Dari hasil pemeriksaan ditemukan TD : 100/90 mmhg, S : 36 oC, M : 80 x / mnt, Rr “ 20 x / mnt, Hb : 8 gram%, kunjungtiva pucat dan DJJ 144 x / mnt teratur, terdengar di perut ibu sebelah kiri.

S = Subjek
Ny. A umur 28 tahun, periksa hamil tanggal 7 Maret 2007.
Dengan keluhan pusing, lemas, dan pandangan mata berkunang-kunang.
Diketahui HDHT : 28 Mei 2006.

O = Objektif
K/U ibu baik, kesadaran composmentis.
Pemeriksaan TTV
TD = 100 / 90 mmHg M = 80 x / mnt
S = 36 oC Rr = 20 x / mnt
Pemeriksaan fisik
Head to toe
Pemeriksaan Palpasi
Leopold I = TFU : 30 cm, teraba bagian bulat, lunak, tidak ada lentingan (bokong janin).
Leopold II = - Sebelah kanan ibu teraba bagan-bagian kecil janin (eksterminas
janin).
- Sebelah kiri ibu teraba bagian keras, panjang ada tahanan
(punggung janin).
Leopold III = Teraba bagian bulat, keras ada lentingan (kepala janin)
Leopold IV = Konvergen 5/5 bagian.
Pemeriksaan Auskultasi
DJJ : 144 x / mnt
PM : terdengar jelas, 2 jam dibawah pusat kiri ibu
Pemeriksaan Laboratorium
Hb : 8 gram%

A = Assesment

G2P1AO hamil pada 32 minggu umur 28 tahun
Janin hidup tunggal intra uterin, letak memanjang, presentasi kepala, PUKL 5/5 bagian
Primuda dengan anemia ringan

P = Planning
Beritahu hasil pemeriksaan.
Anjurkan kepada ibu untuk tidak melakukan perkerjaan yang terlalu berat.
Anjurkan kepada ibu untuk makan makanan yang mengandung zat besi dan makan dilakukan lebih sering dalam jumlah lebih sedikit.
Anjurkan kepada ibu untuk tidak melakukan perjalanan jauh.
Anjurkan kepada ibu untuk melakukan konsumsi vitamin setiap hari 1 tablet.
Anjurkan kepada ibu untuk minum obat zat besi dan asam sulfat.
Anjurkan kepada ibu untuk olahraga ringan di pagi hari sebelum melakukan aktivitas.
Anjurkan kepada ibu untuk periksa laboratorium untuk mengetahui apakah Hbnya sudah naik atau belum.
Anjurkankepada ibu untuk kontrol ulang 2 minggu lagi.

E = Evaluasi
Ibu mengerti hasil pemeriksaan.
Ibu bersedia melaksanakan semua anjuran dari bidan.
ibu mau datang dan periksa 2 minggu lagi.
DI buat oleh Ayu MARthaSarI pada

Read More......



Asfiksia neonatorum

1. A. PENGERTIAN

Asfiksia neonatorum adalah bayi baru lahir tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Keadaan ini biasanya disertai dengan keadaan Hipoksia serta sering berakhir dengan asidosis. Asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tak dilakukan secara sempurna sehingga tindakan perawatan dilaksanakan untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan mengatasi gejala lanjut yang mungkin timbul. (Wiknjosastro, 1999).

1. B. ETIOLOGI

Pengembangan Paru BBL pada menit-menit pertama kelahiran dan kemudian disusul dengan pernafasan teratur. Bila terdapat pertukaran gas atau pengangkutan oksigen dari ibu ke janin, maka akan terjadi asfiksia janin atau neonatus. Towel (1996) mengajukan Penggolongan Penyebab Kegagalan Pernapasan Pada bayi yang terdiri dari :

1. Faktor Ibu
1. Hipoksia Ibu, hal ini akan menimbulkan hipoksia janin, hipoksia ibu dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetik atau anastesi dalam
2. Gangguan aliran darah uterus

Mengurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan berkurangnya penga,liran O2 ke plasenta dan kejanin. Hal ini sering ditemukan pada kasus-kasus.

a) Gangguan kontrasi uterus, misalnya : Hipertensi, Hipotoni / uterus akibat penyakit atau obat

b) Hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan

c) Hipertensi pada penyakit eklamsia.

1. Faktor Plasenta

Solusi plasenta. Perdarahan plasenta, dan lain-lain

1. Fator Fetus

Tali pusat menumbung lilitan tali pusat, kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir

1. Faktor Neonatus
1. Pemakaian obat anastesi / analgetika yang berlebihan pada itu secara langsung dapat menimbulkan depresi pusat pernapasan janin.
2. Trauma yang terjadi pada persalinan. Misalnya : Perdarahan Intra Cranial
3. Kelainan Kongenital. Misalnya : Hernia diafragmatika atresia saluran pernapasan hipoplasia paru dan lain-lain. (Wiknjosastro, 1999).

1. C. PERUBAHAN PATOFISIOLOGI DAN GANGGUAN KLINIS

Pernapasan Spontan BBL tergantung kepada kondisi janin pada masa kehamilan dan persalinan. Bila terdapat gangguan Pertukaran gas atau pengangkutan O2 selama kehamilan / persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian asfiksia yang terjadi dimulai dengan suatu periode opnu (Primary Apnoe) disertai dengan penurunan frekuensi diikuti oleh pernapasan teratur. Pada penerita asfiksia berat. Usaha bernafas tidak tampak dan bayi selanjutnya berada dalam periode apnue kedua. Pada tingkat ini terjadi bradikardi dan penurunan TD.

Pada asfiksia terjadi pula gangguan metabolisme dan perubahan keseimbangan asam-asam pada tubuh bayi. Pada tingkat pertama hanya menimbulkan asidosis respiraktonik. Bila gangguan berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi proses metabolisme an acrobic yang berupa glikolisis gukogen tubuh. Sehingga glikogen tubuh terutama pada jantung dan hati akan berkurang. Pada tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan kardio vaskuler yang disebabakan oleh beberapa keadaan diantarannya :

1. Hilangnya Sumber Glukogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi jantung
2. Terjadi asidosis metabolis akan menimbulkan kelemahan otot jantung
3. Pengisian udara alucolus yang kurang adekuat akan mengakibatkan tetap tingginya Resistensi Pembuluh darah Paru sehingga sirkulasi darah ke paru dan demikian pula kesistem sirkulasi tubuh lain akan mengalami gangguan. (Rustam, 1998)

Pada keadaan asfiksia yang perlu mendapat perhatian sebaiknya :

1. Menurunnya tekanan O2 darah (Pa O2)
2. Meningginya tekanan O2 darah (Pa O2)
3. Menurunya PH (akibat osidosis respirantorik dan metabolik)
4. Dipakainya sumber glukogen tubuh untuk metabolisme an-aerobic
5. Terjadinya perubahan sistem kardiovaskuler

Untuk menentukan tingkat asfiksia neonatorum digunakan kriteria penilaian yaitu yang disebut dengan skor APGAR. Skor APGAR biasanya dinilai 1 menit setelah bayi lahir lengkap pada skor APGAR menit 1 ini menunjukan beratnya ASFIKSIA yang diderita dan untuk menentukan pedoman resusitasi dan perlu juga dinilai setelah 5 menit bayi lahir karena hal ini mempunyai koralasi yang erat dengan morbiditas dan mertilitas neonatal.

1. D. TINDAKAN PADA ASFIKSIA NEONATORUM

Tindakan yang dikerjakan pada lazim disebut resusitasi BBL sebelum resusitasi dikerjakan perlu diperhatikan bahwa :

1. Faktor waktu sangat penting
2. Kerusakan yang timbul pada bayi akibat anoksia / hipoksia antenatal tidak dapat diperbaiki tetapi kerusakan yang akan terjadi karena anoksia / hipoksia pascanatal harus dicegah dan diatasi.
3. Riwayat kehamilan dan partus akan memberikan keterangan yang jelas tentang fakta penyebab terjadinya depresi pernapasan pada BBL
4. Penilaian BBL perlu dikenal baik, agar resusitasi yang dilakukan dapat dipilih dan ditentukan secara adekuat (Prawiroharjo, 2002).

1. E. PRINSIP DASAR RESUSITASI YANG PERLU DIINGAT IALAH :
1. Memberi lingkungan yang baik pada bayi dan mengusahakan saluran pernapasan tetes bebas serta merangsang timbulnya pernapasan
2. Memberi bantuan pernapasan secara efektif pada bayi yang menunjukan usaha pernapasan lemah
3. Melakukan koraksi terhadap asidosis yang terjadi
4. Menjaga agar sirkulasi tetap baik (Wiknjosastro, 1999)

1. F. CARA RESUSITASI
1. Letakkan bayi dilingkungan yang hangat keudian keringkan tubuh bayi dan selimuti tubuh bayi untuk mengurangi evaporasi
2. Sisihkan kain yang basah kemudian tidurkan bayi terlentang pada alas yang datar
3. Ganjal bahu dengan kain setinggi 1 cm (sniffing positor)
4. Hisap lendir dengan menghisap lendir dec dari mulut apabila sudah bersih kemudian lanjutkan kehidung
5. Lakukan rangsangan taktil dengan cara menyentil telapak kaki bayi dan mengusap-usap punggung bayi.
6. Nilai Pernapasan
1. Jika nafas spontan lakukan penilaian denyut jantung selama 6 detik, hasil kalikan 10, denyut jantung > 100 x /menit. Nilai warna kulit jika merah / sianosis perifer lakukan observasi. Apabila baru diberikan O2. denyut jantung < 100% / menit lakukan ventilasi tekanan positif.
2. Jika pernapasan megap-megap lakukan ventilasi tekanan positif
3. Ventilasi tekanan Positif /PPV dengan memberikan O2 100% melalui anbubag atau masker.

masker harus menutupi hidung dan mulut tidak menutupi mata. jika tidak ada ambubag beri bantuan nafas mulut kemulut. Kecepatan PPV 40-60 x/menit.

1. Setelah 30 detik lakukan penilaian denyut jantung selama 6 detik. Hasil kalikan 10
1. > 100 hentikan bantuan nafas, observasi nafas spontan
2. 60-100 ada peningkatan denyut jantung teruskan pemberian PPV
3. 60-100 dan tidak ada peningkatan denyut jantung, lakukan PPV disertai kompresi jantung
4. < 10 x/ menit, lakukan PPV disertai kompresi jantung
5. Kompresi jantung

Perbandingan kompresi jangtung dengan ventilasi ada 3:1 ada 2 cara kompresi jantung

1. Kedua ibu jari menekan stemum sedalam 1 cm dan tangan lain mengelilingi tubuh bayi
2. Jari tengah dan telunjuk menekan stemum dan tangan lain menahan belakang tubuh bayi
3. Lakukan penilaian denyut jantung setiap 30 detik setelah kompresi ada
4. Denyut jantung 80 x / menit kompresi jantung dihentikan lakukan PPV sampai denyut jantung > 100 x / menit dan bayi dapat nafas spontan
5. Jika denyut jantung 0 atau < 10x/menit. Lakukan pemberian obat epineprin

1 : 10.000 dosis 0,2 – 0,3 ml/ Kg BB IV

1. Lakukan penilaian denyut jantung janin jika > 100x/menit hentikan obat
2. Jika denyut jantung < 80 x / menit ulangi pemberian epineprin sesuai dosis tiap 3-5 menit
3. Lakukan penilaian denyut jantung jika denyut jantung tetap / tidak respon terhadap diatas dan tanpa ada hiporolemi beri natrikus dengan dosis 2 MEG / Kg BB secara IV selama 2 menit.(Wiknjosastro, 1999)


ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGIS PADA BAYI BARU LAHIR

TERHADAP By. Ny. R DENGAN ASFIKSIA RINGAN

DI RUANG ANAK RSU A. YANI METRO

TAHUN 2008

1. A. PENGKAJIAN
1. 1. Identitas
1. Bayi

Nama bayi : By. Ny. R

Tanggal/ Jam lahir : 14 April 2008 / 15.00 WIB

Jenis kelamin : Laki-laki

1. Orangtua

Nama Ibu : Ny. R Nama Ayah : Tn. A

Umur : 25 th Umur : 30 th

Agama : Islam Agama : Islam

Suku /Bangsa :Jawa/Indonesia Suku/Bangsa :Jawa/Indonesia Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Ganjar Agung Alamat : Ganjar Agung

no. 23 Metro no. 23 Metro

1. B. RIWAYAT PERSALINAN

1. Keluhan Utama

Bayi Ny. R lahir spontan pervaginam dengan asfiksia ringan

Dasar :

1. Bayi lahir spontan pervaginam tanggal 14-04-2008
2. Suhu tubuh 360 C. APGAR 6/10. BB : 4000 gr, PB : 50 cm, DJJ : 100 x/menit , Lila : 9,5 cm ekstremitas biru
3. Persalinan ditolong oleh : Bidan
4. Jenis persalinan : Spontan pervaginam
5. Tempat Persalinan : Bidan

1. Riwayat persalinan

1. Lama Persalinan :

Kala I : 7 Jam 45 menit

Trimester II : 25 menit

Trimester III : 15 menit

1. Masalah yang terjadi selama persalinan

Tidak ada masalah selama persalinan

1. Keadaan air ketuban : Jernih
2. Keadaan Umum BBL

Kelahiran tunggal

Usia kehamilan saat melahirkan + 38 minggu

1. C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Nilai Apgar

No


Aspek Yang Dinilai


0


1


2


Waktu

1


5
1. Frekuensi denyut jantung Tidak ada Kurang dari 100 Lebih dari 100
2. Usaha Bernapas Tidak ada Lambat teratur Menangis kuat 1 1
3. Tonus otot Lumpuh Ekstremitas fleksi Gerakan aktif 1 1
4. Reaksi terhadap rangsangan Tidak ada Gerakan sedikit Menangis 2 2
5. Warna kulit Biru / pucat Tubuh kemerahan ekstermitas biru Seluruh tubuh kemerahan

1. Antropometri
1. Berat badan : 4000 gr
2. Panjang badan : 50 cm
3. Lingkar Kepala : 37 cm
4. Lila : 9,5 cm
5. Refleks
1. Moro/kaget : ada, lemah
2. Palmargraf /menggenggam : ada, lemah
3. Sucking/ menghisap : ada, lemah
4. Rooting Reflek / mencari : ada, lemah
5. swallowing / menelan : ada, lemah
6. Menangis : Menangis pada saat dirangsang
7. Tanda vital
1. Suhu : 360 C
2. Nadi : 110 x/menit
3. Pernapasan : 40 x/menit
8. Kepala
1. Simetris : Tidak ada kelainan yang dialami
2. ubun-ubun besar : Cembung
3. Ubun-ubun kecil : tidak ada
4. Caput succeederium : tidak ada
5. Cephal hematoma : Tidak ada
6. Sutura : Tidak Moulage
7. Luka di kepala : Tidak ada
8. Kelainan yang dijumpai : tidak ada kelainan
9. Mata
1. Posisi : Simetris mata kanan dan kiri
2. kotoran : tidak terdapat kotoran
3. Perdarahan : Tidak terdapat perdarahan
4. Bulu mata : ada
10. Hidung
1. Lubang Hidung : terdapat 2 lubang (kanan dan kiri)
2. Cuping Hidung : ada , kanan dan kiri simetris,

gerakan antara kanan dan kiri kembang

kempis secara bersamaan

1. Keluaran : Tidak ada
2. Mulut
1. Simetris : atas dan bawah
2. Palatum : tidak ada
3. Saliva : tidak ada hipersaliva
4. Bibir : tidak ada labio skizis
5. Gusi : merah tidak ada laserasi
6. Lidah bintik putih : tidak ada

10. Telinga

1. Simetris : Kanan dan kiri
2. Daun Telinga : ada kanan dan kiri
3. Lubang telinga : ada kanan dan kiri
4. Keluaran : tidak ada

11. Leher

1. Kelainan : tidak ada kelainan
2. Pergerakan : dapat bergerak kekanan dan kiri

12. Dada

1. Simetris : Simetris ada kelainan
2. Pergerakan : bergerak waktu bernafas
3. Bunyi nafas : napas cepat, lembut teratur, dangkal
4. Bunyi jantung : Lup- duk teratur

13. Perut

1. Bentuk : tidak ada kelainan
2. Bising usus : Teratur
3. Kelainan : tidak ada kelainan

14. Tali pusat

1. Pembuluh darah : 2 arteri dan 1 veria
2. Perdarahan : tidak ada perdarahan
3. Kelainan : tidak ada kelainan

15. Kulit

1. Warna : Kemerahan dan ekstremitas biru
2. Tunger : (+) ada
3. Lanugo : ada
4. Vernik caseosa : ada
5. Kelainan : tidak ada kelainan

16. Punggung

1. Bentuk : Lurus
2. Kelainan : tidak ada kelainan

17. Ekstremitas

1. Tnagan : Simetris kanan dan kiri
2. Kaki : Simetris kanan dan kiri
3. Gerakan : (+) ada
4. Kuku : lengkap
5. Bentuk kaki : lurus
6. Bentuk tangan : lurus
7. Kelainan : tidak ada kelainan

18. Genetalia

Pria

1. Scrotum : ada
2. Testis : sudah turun
3. Penis : tidak ada kelainan
4. Kelainan : tidak ada

I. IDENTIFIKASI MASALAH, DIAGNOSA DAN KEBUTUHAN

1. Diagnosa Medik

Bayi baru lahir spontan pervaginam cukup bulan, letak kepala diameter sub occipito Bregmatika lahir dengan asfiksia.

Dasar :

Ds : By. Ny. R Lahir spontan pervaginam tanggal 14-4-2008 dengan nafas

cepat, dangkal, dengan akral biru dan menangis lemah

Do : Suhu tubuh 360C, APGAR 6/10, BB : 4000 gr, PB : 50 cm

DJJ : 100 x/menit, Lila : 9,5 Ekstremitas biru

1. Masalah

Gangguan pemenuhan O2

Dasar : 1. Terdapat lendir pada jalan nafas

2. Nafas masih terdapat ronkhi

1. Kebutuhan

Memberikan jalan nafas, suhu Perawatan tali pusat, pemenuhan cairan dan

nutrisi

Dasar :

1. Apgar, pengaturan suhu

2. Tali pusat masih basah

3. Pemberian ASI eksklusif


1. II. ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL ATAU DIAGNOSA LAIN
1. Asfiksia berat
2. Hipotermi berat / sedang
3. Infeksi tali pusat

Dasar :

1. Ekstremitas bayi terlihat
2. Suhu tubuh 360C
3. Tali pusat masih basah

III. EVALUASI KEBUTUHAN SEGERA

1. Bersihkan jalan nafas
2. Keringkan tubuh bayi
3. Melakukan rangsangan taktil

1. IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TERHADAP TINDAKAN DAN KOLABORASI

Pemantauan terhadap kemajuan kondisi By. Ny. R. Jika berlanjut menjadi Asfiksia sedang atau berat dapat melakukan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain

1. V. PERENCANAAN
1. Cegah Kehilangan Panas
1. Bungkus bayi dengan handuk diatas perut ibu tali pusat
2. Hidupran radian warmer untuk menghangatkan bagian dada bayi
3. Lakukan pembebasan jalan nafas
1. Bebaskan jalan nafas
2. Letakkan bayi pada posisi yang benar
3. Lakukan Sum Zuinger
4. Lakukan rangasangan taktil
1. Usap-usap punggung bayi atau
2. Sentil
5. Lakukan penilaian bayi
1. Perhatikan dan nilai nafas bayi
2. Hitung frekuensi denyut jantung bayi
3. Nilai warna kulit bayi
6. Lakukan perawatan tali pusat
1. Jepit tali pusat dengan 2 buah klem
2. Potong tali pusat dengan gunting tali pusat
3. Bungkus tali pusat dengan kassa steril
4. Ajarkan pada itu untuk perawatan tali pusat
5. Anjurkan ibu untuk melakukan perawatan tali pusat secara teratur
6. Lakukan evaluasi kemampuan ibu untuk mengulang
7. Lakukan Langkah awal resusitasi
1. Jaga Bayi tetap hangat
2. Atur posisi bayi
3. Isap lendir
4. Keringkan dan rangsangan taktil
5. Reposisi
6. Penilaian apakah bayi menangis atau bernafas spontan dan teratur atau tidak
8. Jelaskan pada ibu mengenai pentingnya ASI ekslusif
9. Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi sayur-sayuran

1. VI. PELAKSANAAN

Pada tanggal 14 April 2008 Pukul 15.00 WIb

1. Mempertahankan suhu tubuh bayi
1. Membungkus bayi dengan handuk kering dan bersih yang ada diatas perut ibu bila tali pusat panjang.

Mengeringkan tubuh dan kepala bayi dengan handuk untuk menghilangkan air ketuban dan mencegah kehilangan suhu tubuh melalui

1. Menghidupkan radian warmer untuk menghangatkan bagian dari dada bayi dengan meletakan bayi terlentang dibawah alat pemancar panas. Alat pemancar panas, alat pemancar panas perlu disiapkan sebelum agar kasur tempat diletakan bayi juga hangat.
2. Melakukan pembebasan jalan nafas
1. Membebaskan jalan nafas dengan cara membersihkan mata, hidung dan mulut bayi secara Zig zag dengan Kassa Steril segera setelah lahir
2. Meletakan bayi telentang atau miring dengan leher agak ekstensi atau tengadah dengan meletakan selimut atau handuk yang digulung dibawah bahu sehingga bahu terangkat 2-3 cm
3. Membersihkan jalan nafas dengan menghisap cairan amnion dan lender mulut dari hidung menggunakan slim zungier. Bila air ketuban bercampur mekonium maka penghisapan dan trakea diperlukan untuk mencegah aspirasi mekonium. Hisap dari mulut terlebih dahulu kemudian hisap dari hidung.
4. Melakukan rangsangan taktil
1. Usap-usap punggung bayi kearah atas untuk melancarkan peredaran darah
2. Menyentil telapak kaki bayi untuk memberikan rangsangan yang dapat menimbulkan atau mempertahankan pernapasan
3. Melakukan penilaian bayi
1. Memperhatikan dan menilai pernafasan bayi
2. Menghitung frekuensi DJJ bayi
3. Menilai warna kulit bayi
4. Melakukan perawatan tali pusat
1. Menjepit tali pusat dengan 2 buah klem
2. Memotong tali pusat dengan gunting tali pusat
3. Membungkus tali pusat dengan kassa steril
4. Mengajarkan pada itu untuk perawatan tali pusat
5. Menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan tali pusat secara teratur
6. Melakukan evaluasi kemampuan ibu untuk mengulang

Perawatan tali pusat

1. Melakukan resusitasi
1. Menjaga bayi agar tetap hangat
2. Mengatur posisi bayi agar mempermudah jalan nafas
3. Menghisap lendir dengan menggunakan alat penghisap lendir deLee atau bola karet
4. Mengeringkan dan melakukan rangsangan taktil pada bayi
5. Mengatur kembali posisi kepala dan selimut bayi
6. Melakukan penilaian pada bayi setelah melakukan tindakan resusitasi
7. Menjelaskan pada ibu mengenai pentingnya ASI ekslusif

Menjelaskan pada ibu bahawa ASI eksklusif adalah pemberian ASI selama 6 bulan tanpa makanan tambahan

1. Menganjurkan pada ibu untuk mengkonsumsi sayur-sayuran hijau agar pengeluaran ASI baik.

Kandungan didalam ASI tersebut sudah mencukupi kebutuhan bayi untuk

perkembangan otaknya dan sudah mencukupi kebutuhan nutrisinya

1. VII. EVALUASI

Pada tanggal 14 April 2008, Pukul 15.00 Wib

1. Suhu tubuh bayi telah dipertahankan
1. Bsyi telah dibungkus dengan handuk kering dan bersih
2. Tubuh dan kepala bayi telah dikeringkan dengan handuk
3. Radian warmer telah melakukan pembebasan jalan nafas
4. Pembebasan Jalan nafas telah dilakukan
1. Mata, hidung, dan mulut telah dibersihkan
2. Bayit telah diposisikan dengan benar
3. Jalan nafas telah dibersihkan
4. Rangsangan taktil telah dilakukan

Punggung telah diusap kearah atas

1. Bayi bernafas spontan
2. Perawatan tali pusat telah dilakukan
1. Ibu mengerti mengenai pentingnya ASI ekslusif
1. Ibu mengerti dan bersedia untuk memberikan ASI eksklusif
2. Ibu mengerti dan bersedia untuk mengkonsumsi sayur-sayuran hijau


CATATAN PERKEMBANGAN

Tanggal 15 April 2008 hari ke-II

S : 1. Ibu mengatakan bayinya dapat minum ASI dengan baik

2. Ibu mengatakan sudah melakukan yang dianjurkan

3. Ibu mengatakan anaknya BAB 3 x

4. Ibu mengatakan anaknya tampak sehat dan anak akan segera pulang

5. Ibu mengatakan anaknya sudah dimandikan dan dibedong

O : 1. Keadaan umum baik

2. Tanda-tanda vital

RR : 30 x/mnt BB : 4.000 gram

Suhu : 360C PB : 50 cm

Nadi : 110 x/mnt

Reflek :

a. Kaget : ada

b. Menghisap : ada

c. Menggenggam : ada

d. Mencari : ada

e. Menelan : ada

3. Warna kulit kemerahan

4. Tali pusat terawat baik dan masih basah

5. Perut bayi tidak kembung

6. Eliminasi :

BAB : 3x / sehari

BAK : 8 x / sehari

A : Diagnosa

Bayi baru lahir umur 1 hari

Dasar : bayi lahir spontan, Tanggal 14 April 2008 Pukul 15.00

Wib

Masalah : tidak ada

Kebutuhan : 1. Perawatan tali pusat

2. Perawatan pada ibu dan keluarga tentang :

a. Personal Hygiene bayi

b. Pemberian ASI eksklusif

c. Pertahankan suhu tubuh bayi

3. Perawatan bayi sehari-hari

P : 1. Mandikan bayi 2 x sehari

2. Merawat tali pusat

3. Berikan Penyuluhan pada ibu dan keluarga tentang :

a. Personal Hygiene bayi

b. Pemberian ASI Eksklusif

c. Pertahankan suhu tubuh bayi

CATATAN PERKEMBANGAN

Tanggal 17 April 2008 hari ke-IV

S : 1. Ibu mengatakan bayinya tidak rewel, bayi tidur + 16 jam

2. Ibu mengatakan bayinya BAK + 6-8 kali sehari BAB 2x sehari

3. Ibu mengatakan bayinya hanya minum ASI saja

O : 1. Keadaan umum bayi baik

2. Tanda-tanda vital

RR : 50 x/mnt BB : 4.000 gram

Suhu : 370C PB : 50 cm

Nadi : 130 x/mnt

Reflek :

a. Kaget : ada

b. Menghisap : ada

c. Menggenggam : ada

d. Mencari : ada

e. Menelan : ada

3. Warna kulit kemerahan

4. Tali pusat masih basah

A : Diagnosa

Bayi baru lahir umur 4 hari

Dasar : bayi lahir spontan, pervaginamTanggal 14 April 2008

Masalah : tidak ada

Kebutuhan : 1. Perawatan bayi sehari-hari

2. Pemberian ASI Ekslusif

P : 1. Lakukan Perawatan Bayi sehari-hari

a. Memandikan bayi

b. Melakukan perawatan tali pusat

c. Pemenuhan nutrisi berupa ASI

2. Berikan ASI untuk memenuhi kebutuhan bayi

CATATAN PERKEMBANGAN

Tanggal 18 April 2008 hari ke-V

S : 1. Ibu mengatakan bayinya dapat minum ASI dengan baik rewel,

2. Ibu mengatakan bayinya BAK dan BAB lancar

3. Ibu mengatakan bayinya tidur + 16 jam

O : 1. Keadaan umum bayi baik

2. Tanda-tanda vital

RR : 45 x/mnt BB : 4.000 gram

Suhu : 370C PB : 50 cm

Nadi : 128 x/mnt

Reflek :

a. Kaget : ada

b. Menghisap : ada

c. Menggenggam : ada

d. Mencari : ada

e. Menelan : ada

3. Warna kulit kemerahan

4. Tali pusat mulai kering

A : Diagnosa

Bayi baru lahir umur 5 hari

Dasar : bayi lahir spontan, pervaginamTanggal 14 April 2008

Masalah : tidak ada

Kebutuhan : 1. Perawatan bayi sehari-hari

2. Pemberian ASI Ekslusif

P : 1. Lakukan Perawatan Bayi sehari-hari

2. Berikan ASI untuk memenuhi kebutuhan bayi

a. Personal Hygiene

b. Pertahankan suhu tubuh bayi

DAFTAR PUSTAKA

Sarwono Prawiro, 2002. Praktisi Pelayanan Kesehatan Material dan Neonatal

Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo, Prof. Dr. dr. 1992 Ilmu kebidanan. Yayasan Bina Pustaka

:Jakarta

Mochtar Rustam, 1998. Sinopsis obstetric : Obstetric Fisiologis. Obstetric Patologi.

Editor. Delfi Lutan
http://www.thesisfull.com/asfiksia-neonatorum/#more-189 o2 maret 2010

Read More......


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka kematian bayi (AKB) merupakan salah satu indikator sosial yang sangat penting untuk mengukur keberhasilan program pemberantasan kematian bayi dan untuk melihat status kesehatan ibu dan anak (Kosim. M, 2003).

Di seluruh dunia, 4 juta bayi meninggal pada tahun pertama yang disebabkan komplikasi BBLR. Kurang lebih 99% kematian ini dapat dicegah dengan pengenalan dini/deteksi dini dan pengobatan tepat pada antenatal (Leonardo, 2008).

Berdasarkan organisasi kesehatan dunia atau World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa sekitar 23% seluruh kematian neonatus disebabkan oleh asfiksia neonatorum dengan proporsi lahir mati yang lebih besar. Asfiksia neonatorum merupakan penyebab ketiga kematian setelah prematur dan infeksi (Arixs, 2006).

Indonesia pada saat ini masih menghadapi berbagai kendala dalam pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) khususnya dalam bidang kesehatan. Hal ini tampak dari masih tingginya angka kematian neonatal. Menurut data Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), menyebutkan penyebab kematian bayi baru lahir di Indonesia, salah satunya asfiksia (27%) yang merupakan penyebab ke-2 kematian bayi baru lahir setelah BBLR. Berdasarkan penelitian di Kota Cirebon yang dilakukan oleh Ella tahun 2004-2005 di Puskesmas, bahwa dari 44.000 kelahiran hidup setiap tahunnya, 500 bayi (2,1%) diantaranya mengalami kematian neonatal dan sebanyak 260 (28,8% kematian tersebut diakibatkan oleh asfiksia (Depkes, 2004). Sama halnya dengan Sumatera Utara, angka kematian bayi 166.500 dan yang menderita Asfiksia sebanyak 43.956 bayi (26,4%) (Dinkes Medan, 2008).

Kematian neonatal dini lebih banyak disebabkan secara intrinsik dengan kesehatan ibu dan perawatan yang diterima sebelum, selama dan setelah persalinan. Demikian halnya dengan asfiksia neonatorum pada umumnya disebabkan oleh manajamen persalinan yang tidak sesuai dengan standar dan kurangnya kesadaran ibu untuk memeriksakan kehamilannya ke tenaga kesehatan. Kurangnya asupan kalori dan nutrisi pada saat masa kehamilan juga dapat mengakibatkan terjadinya asfiksia. Hampir tiga per empat dari semua kematian bayi baru lahir dapat dicegah apabila ibu mendapatkan nutrisi yang cukup, pelayanan antenatal yang berkualitas, asuhan persalinan normal dan pelayanan kesehatan neonatal oleh tenaga kesehatan yang profesional (Leonardo, 2008).

Angka kematian bayi baru lahir yang diakibatkan oleh asfiksia masih tinggi, oleh karena itu asfiksia memerlukan intervensi dan tindakan resusitasi segera setelah lahir untuk meminimalkan mortalitas dan morbiditas. Di negara maju ataupun negara berkembang tersedia sarana resusitasi dasar dan tenaga kesehatan yang kurang terampil melakukan resusitasi bayi. Padahal resusitasi dasar yang efektif dapat mencegah kematian bayi baru lahir dengan asfiksia sampai 3/4-nya (Wayan, 2006).

Di Indonesia dilakukan berbagai upaya dalam menurunkan angka kematian BBL diakibatkan asfiksia salah satunya dengan cara melakukan suatu pelatihan keterampilan resusitasi kepada para tenaga kesehatan agar lebih terampil dalam melakukan resusitasi dan menganjurkan kepada masyarakat ataupun ibu khususnya, agar setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan dan keterampilan (Dinkes Medan, 2008).

Berdasarkan survey pendahuluan dari Medical Record RSU. Dr. F. L. Tobing Sibolga tahun 2008, bayi baru lahir dengan asfiksia sebanyak 130 bayi (22,76%) dari 571 persalinan spontan maupun sectio Caecarea dan sebanyak 30 bayi (23,1%) yang meninggal diakibatkan asfiksia berat terutama pada bayi yang lahir prematur.

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka penulis tertarik untuk mengetahui “Gambaran kasus Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia di RSU.Dr. F.L. Tobing Sibolga Tahun 2008”.http://addy1571.wordpress.com/2009/08/23/gambaran-kasus-bayi-baru-lahir-dengan-asfiksia/02 maret 2010

Read More......



Asfiksia neonatorum

Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas scr spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul. (Wiknjosastro, 1999)
B. Etiologi
Asfiksia terjadi karena adanya gangguan pertukaran gas serta transpor O2 dari ibu ke janin sehingga terdapat gangguan dalam persediaan O2 dan dalam menghilangkan CO2. Gangguan ini dapat berlangsung secara menahun akibat kondisi atau kelainan pada ibu selama kehamilan, atau secara mendadak karena hal-hal yang diderita ibu dalam persalinan. Penggolongan penyebab kegagalan pernafasan pada bayi terdiri dari :
1. Faktor Ibu
a. Hipoksia ibu, hal ini akan menimbulkan hipoksia janin. Hipoksia ibu dapat terjadikarena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetik atau anestesi dalam.
b. Gangguan aliran darah uterus
Mengurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan berkurangnya pengairan O2 ke plasenta dan ke janin. Hal ini sering ditemukan pada kasus-kasus :
1) Gangguan kontraksi uterus, misalnya : hipertensi, hipotoni / tetani uterus akibat penyakit atau obat.
2) Hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan.
3) Hipertensi pada penyakit eklamsia.
2. Faktor Janin
a. Gangguan aliran darah dalam tali pusat karena tekanan tali pusat.
b. Depresi pernafasan karena obat-obat anastesia / analgetika yang diberikan kepada ibu.
c. Trauma yang terjadi pada persalinan, misalnya : perdarahan intracranial.
d. Kelainan kongenital, misalnya : hernia diafragmatika, atresia saluran pernafasan, hipoplasia paru, dan lain-lain.
(Wiknjosastro, 1999).
C. Perubahan Patofiologis dan Gambaran Klinis
Pernafasan spontan BBL tergantung pada kondisi janin pada masa kehamilan dan persalinan. Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 selama kehamilan atau persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian asfiksia yang terjadi dimulai suatu periode apnu disertai dengan penurunan frekuensi. Pada penderita asfiksia berat, usaha bernafas tidak tampak dan bayi selanjutnya berada dalam periode apnue kedua. Pada tingkat ini terjadi bradikardi dan penurunan TD.
Pada asfiksia terjadi pula gangguan metabolisme dan perubahan keseimbangan asam-basa pada tubuh bayi. Pada tingkat pertama hanya terjadi asidosis respioratorik. Bila berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi proses metabolisme an aerobic yang berupa glikolisis glikogen tubuh, sehingga glikogen tubuh terutama pada jantung dan hati akan berkurang. Pada tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskular yang disebabkan oleh beberapa keadaan diantaranya :
1. Hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi jantung.
2. Terjadinya asidosis metabolik yang akan menimbulkan kelemahan otot jantung.
3. Pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan mengakibatkan tetap tingginya resistensi pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke paru dan ke sistem sirkulasi tubuh lain akan mengalami gangguan. (Rustam, 1998).

D. Diagnosis
Asfiksia yang terjadi pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari anoksia / hipoksia janin. Diagnosis anoksia / hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan dengan ditemukannya tanda-tanda gawat janin. Tiga hal yang perlu mendapat perhatian yaitu :
1. Denyut jantung janin
Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak banyak artinya, akan tetapi apabila frekuensi turun sampai ke bawah 100 kali per menit di luar his, dan lebih-lebih jika tidak teratur, hal itu merupakan tanda bahaya.
2. Mekonium dalam air ketuban
Mekonium pada presentasi sungsang tidak ada artinya, akan tetapi pada presentasi kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenisasi dan harus diwaspadai. Adanya mekonium dalam air ketuban pada presentasi kepala dapat merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan bila hal itu dapat dilakukan dengan mudah.
3. Pemeriksaan pH darah janin
Dengan menggunakan amnioskop yang dimasukkan lewat serviks dibuat sayatan kecil pada kulit kepala janin, dan diambil contoh darah janin. Darah ini diperiksa pH-nya. Adanya asidosis menyebabkan turunnya pH. Apabila pH itu turun sampai di bawah 7,2 hal itu dianggap sebagai tanda bahaya gawat janin mungkin disertai asfiksia.
(Wiknjosastro, 1999)

E. Penanganan pada asfiksia
Tindakan yang dikerjakan pada bayi lazim disebut resusitasi BBL. Sebelum resusitasi dikerjakan perlu diperhatikan bahwa :
1. faktor waktu sangat penting.
2. Kerusakan yang timbul pada bayi akibat anoksia / hipoksia antenatal tidak dapat diperbaiki, tetapi kerusakan yang akan terjadi karena anoksia / hipoksia pascanatal harus dicegah dan diatasi.
3. Riwayat kehamilan dan partus akan memberikan keterangan yang jelas tentang faktor penyebab terjadinya depresi pernafasan pada BBl.
4. Penilaian BBL perlu dikenal baik, agar resusitasi yang dilakukan dapat dipilih dan ditentukan secara adekuat. (Prawiroharjo, 2002)
F. Prinsip Dasar Resusitasi
1. Memberikan lingkungan yang baik pada bayi dan mengusahakan saluran pernafasan bebas serta merangsang timbulnya pernafasan.
2. Memberi bantuan pernafasan secara efektif pada bayi yang menunjukkan usaha bernafas lemah.
3. Melakukan koreksi terhadap asidosis yang terjadi.
4. Menjaga agar sirkulasi tetap baik. (Wiknjosastro, 1999)
G. Persiapan Alat Resusitasi
Sebelum menolong persalinan, selain persalinan, siapkan juga alat-alat resusitasi dalam keadaan siap pakai, yaitu :
1. 2 helai kain / handuk.
2. Bahan ganjal bahu bayi. Bahan ganjal dapat berupa kain, kaos, selendang, handuk kecil, digulung setinggi 5 cm dan mudah disesuaikan untuk mengatur posisi kepala bayi.
3. Alat penghisap lendir de lee atau bola karet.
4. Tabung dan sungkup atau balon dan sungkup neonatal.
5. Kotak alat resusitasi.
6. Jam atau pencatat waktu.
(Wiknjosastro, 2007).
H. Langkah-Langkah Resusitasi
1. Letakkan bayi di lingkungan yang hangat kemudian keringkan tubuh bayi dan selimuti tubuh bayi untuk mengurangi evaporasi.
2. Sisihkan kain yang basah kemudian tidurkan bayi terlentang pada alas yang datar.
3. Ganjal bahu dengan kain setinggi 1 cm (snifing positor).
4. Hisap lendir dengan penghisap lendir de lee dari mulut, apabila mulut sudah bersih kemudian lanjutkan ke hidung.
5. Lakukan rangsangan taktil dengan cara menyentil telapak kaki bayi dan mengusap-usap punggung bayi.
6. Nilai pernafasan
b. Jika nafas spontan lakukan penilaian denyut jantung selama 6 detik, hasil kalikan 10. Denyut jantung > 100 x / menit, nilai warna kulit jika merah / sinosis penfer lakukan observasi, apabila biru beri oksigen. Denyut jantung < 100 x / menit, lakukan ventilasi tekanan positif.
c. Jika pernasalan sulit (megap-megap) lakukan ventilasi tekanan positif.
7. Ventilasi tekanan positif / PPV dengan memberikan O2 100 % melalui ambubag atau masker, masker harus menutupi hidung dan mulut tetapi tidak menutupi mata, jika tidak ada ambubag beri bantuan dari mulur ke mulut, kecepatan PPV 40 – 60 x / menit.
8. Setelah 30 detik lakukan penilaian denyut jantung selama 6 detik, hasil kalikan 10.
a. 100 hentikan bantuan nafas, observasi nafas spontan.
b. 60 – 100 ada peningkatan denyut jantung teruskan pemberian PPV.
c. 60 – 100 dan tidak ada peningkatan denyut jantung, lakukan PPV, disertai kompresi jantung.
d. < 10 x / menit, lakukan PPV disertai kompresi jantung.
9. Kompresi jantung
Perbandingan kompresi jantung dengan ventilasi adalah 3 : 1, ada 2 cara kompresi jantung :
a Kedua ibu jari menekan stemun sedalam 1 cm dan tangan lain mengelilingi tubuh bayi.
b Jari tengah dan telunjuk menekan stemun dan tangan lain menahan belakang tubuh bayi.
10. Lakukan penilaian denyut jantung setiap 30 detik setelah kompresi dada.
11. Denyut jantung 80x./menit kompresi jantung dihentikan, lakukan PPV sampai denyut jantung > 100 x / menit dan bayi dapat nafas spontan.
12. Jika denyut jantung 0 atau < 10 x / menit, lakukan pemberian obat epineprin 1 : 10.000 dosis 0,2 – 0,3 mL / kg BB secara IV.
13. Lakukan penilaian denyut jantung janin, jika > 100 x / menit hentikan obat.
14. Jika denyut jantung < 80 x / menit ulangi pemberian epineprin sesuai dosis diatas tiap 3 – 5 menit.
15. Lakukan penilaian denyut jantung, jika denyut jantung tetap / tidak rewspon terhadap di atas dan tanpa ada hiporolemi beri bikarbonat dengan dosis 2 MEQ/kg BB secara IV selama 2 menit. (Wiknjosastro, 2007)

BAB II
ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGI PADA BAYI BARU LAHIR NY. “P”
DENGAN ASFIKSIA RINGAN DI RB xxx

I. PENGUMPULAN DATA DASAR
Tanggal 20 November 2007 Pukul : 10.00 WIB
A. Identitas
1. Bayi
Nama : Bayi Ny. Putri
Tanggal lahir : 20 November 2007
Jam lahir : 10.00 WIB
Jenis kelamin : Perampuan
2. Orang tua
Nama Istri : Ny. Putri Nama suami : Tn. Edwin
Umur : 23 tahun Umur : 27 thaun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Jawa Suku : Jawa
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : wiraswasta

B. Keluhan Utama
Bayi Ny. P lahir spontan pervaginam, letak sungsang dengan asfiksia ringan.
Dasar :
Bayi kesulitan dalam bernafas, suhu tubuh 36oC, APGAR sore 6/8, BB + 3000 gr, PB = 50 cm, frekuensi jantung = 100 x / menit, ekstremitas biru
C. Riwayat Persalinan
a Persalinan ditolong oleh : bidan
b Jenis persalinan : Spontan pervaginam
c Tempat persalinan : RB Surya Asih
d Lama persalinan : Kala I : 8 jam
Kala II : 20 menit
Kala III : 15 menit
e Masalah yang terjadi selama persalinan : tidak ada
f Keadaan air ketuban : Jernih
g Keadaan umum BBL : Kelahiran tunggal
Usia kehamilan saat melahirkan +
40 minggu
D. Pemeriksaan Fisik
1. Nilai APGAR
2. Antropometro
a Berat badan : 3000 gr
b Panjang badan : 50 cm
c Lingkar kepala : 35 cm
d Lingkar dada : 30 cm
e Lila : 9,5 cm
3. Refleks
a Moro : ada
b Tonic neak : ada
c Palmargrap : ada
4. Menangis : bayi menangis saat dirangsang
5. Tanda Vital
a Suhu : 36oC
b Nadi : 110 x / menit
c Pernafasan : 34 x / menit
6. Kepala
a Simetris : tidak ada kelainan yang dialami
b Ubun-ubun besar : cembung
c Ubun-ubun kecil : tidak ada
d Caput succedenum : tidak ada
e Cephal hematoma : tidak ada
f Sutura : tidak ada moulage
g Luka di kepala : tidak ada
h Kelainan yang dijumpai : tidak ada kelainan
7. mata
a Posisi : simetris kanan dan kiri
b Kotoran : tidak terdapat kotoran
c Perdarahan : tidak terdapat perdarahan
d Bulu mata : ada
8. Hidung
a Lubang hidung : terdapat 2 lubang kanan dan kiri
b Cuping hidung : ada, kanan dan kiri simetris
c Keluaran : tidak ada
9. Mulut
a Simetris : atas dan bawah
b Palatum : tidak ada celah
c Saliva : tidak ada hipersaliva
d Bibir : tidak ada labia skizis
e Gusi : merah, tidak ada laserasi
f Lidah bintik putih : tidak ada
10. Telinga
a Simetris : kanan dan kiri
b Daun telinga : ada kanan dan kiri
c Lubang telinga : ada, kanan dan kiri berlubang
d Keluaran : tidak ada
11. Leher
a Kelainan : tidak ada kelainan
b Pergerakan : dapat bergerak ke kanan dan kiri
12. Dada
a Simetris : simetris kanan dan kiri
b Pergerakan : bergerak waktu bernafas
c Bunyi nafas : nafas lambat teratur
d Bunyi jantung : teratur
e Frekuensi jantung : 100 x / menit
13. Perut
a Bentuk : simetris, tidak ada kelainan
b Bising usus : teratur
c Kelainan : tidak ada kelainan
14. Tali pusat
a Pembuluh darah : 2 arteri dan 1 vena
b Perdarahan : tidak ada perdarahan
c Kelainan : tidak ada kelainan
15. Kulit
a Warna : kemerahan dan ekstremitas biru
b Turgor : (+) ada
c Lanugo : ada
d Vernik koseosa : ada
e Kelainan : tidak ada kelainan
16. Punggung
a Bentuk : lurus
b Kelainan : tidak ada kelainan
17. Ekstremitas
a Tangan : simetris kanan dan kiri
b Kaki : simetris kanan dan kiri
c Gerakan : ada
d Kuku : lengkap
e Bentuk kaki : lurus
f Bentuk tangan : lurus
g Kelainan : tidak ada kelainan
18. Genitalia : jenis kelamin perempuan
II. Interpretasi Data Dasar
A. Diagnosa
Bayi Ny. P lahir spontan cukup bulan, letak sungsang dengan asfiksia ringan.
Dasar :
1. Bayi lahir sungsang pervaginam tanggal 20 November 2007 pukul 10.00 WIB.
2. Suhu tubuh 36oC, APGAR 6/8, BB = 3000 gr, PB = 50 cm DJJ = 100x/menit, ekstremitas biru.
B. Masalah
1. Gangguan pemenuhan O2
2. Hipotermi
Dasar :
1. Terdapat lendir pada jalan nafas
2. Nafas masih terdapat ronchi
3. Suhu tubuh bayi 36oC
4. Tubuh bayi terasa dingin
C. Kebutuhan
1. Pembersihan jalan nafas
2. Perbaikan suhu
3. Perawatan tali pusat
Dasar :
1. APGAR 6/8, pengaturan suhu8
2. Tali pusat masih basah
III. Identifikasi Diagnosa dan Masalah potensial
1. Asfiksia berat
2. Hipotermi berat / sedang
3. Infeksi tali pusat
Dasar :
1. Ekstremitas bayi telihat biru
2. Suhu tubuh 36oC
3. Tali pusat masih basah

IV. ¬Identifikasi Masalah dan Kebutuhan yang membutuhkan penanganan segera dan kolaborasi
Kolaborasi dengan dokter bila diperlukan
V. Perencanaan
1. ¬Cegah kehilangan panas
a Bungkus bayi dengan handuk di atas perut ibu bila tali pusat panjang
b Hidupkan radian warmer untuk menghangatkan bagian dada bayi
2. Lakukan pembebasan jalan nafas
a Bebaskan jalan nafas
b Letakkan bayi pada posisi yang benar
c Lakukan slim zuinger
3. Lakukan rangsang taktil
a. Usap-usap punggung bayiatau
b. Sentil
4. Lakukan penilaian bayi
a Perhatikan dan nilai nafas bayi
b Hitung frekuensi denyut jantung bayi
c Nilai warna kulit bayi
5. Lakukan perawatan tali pusat
a Jepit tali pusat dengan 2 buah klem.
b Potong tali pusat dengan gunting tali pusat.
c Bungkus tali pusat dengan kassa steril.
d Ajarkan pada ibu untuk perawatan tali pusat.
e Anjurkan ibu untuk melakukan perawatan tali pusat secara teratur.
f Lakukan evaluasi kemampuan ibu untuk mengulang
6. Jelaskan pada ibu mengenai pentingnya ASI eksklusif
7. Anjurkan ibu untuk mengonsumsi sayur-sayur hijau

VI. Pelaksanaan
Pada tanggal 20 November 2007 Pukul 10.00 WIB
1. Mempertahankan suhu tubuh bayi
a Membungkus bayi dengan handuk kering dan bersih yang ada di atas perut ibu bila tali pusat panjang. Mengeringkan tubuh dan kepala bayi dengan handuk untuk menghilangkan air ketuban dan mencegah kehilangan suhu tubuh melalui evaporasi.
b Menghidupkan radian warmer untuk menghangatkan bagian dada bayi dengan meletakkan bayi terlentang di bawah alat pemancar panas. Alat pemancar panas perlu disiapkan sebelumnya agar kasur tempat diletakkan bayi juga hangat.
2. Melakukan pembebasan jalan nafas
a. Membersihkan jalan nafas dengan cara membersihkan mata, hidung, dan mulut bayi secara zig zag dengan kasa steril segera setelah lahir.
b. Meletakkan bayi terlentang atau miring dengan leher agak ekstensi atau tengadah dengan meletakkan selimut atau handuk yang digulung di bawah bahu sehingga bahu terangkat 2 – 3 cm.
c. Membersihkan jalan nafas dengan menghisap caman amnion dan lendir dari mulut dan hidung menggunakan slim zuinger. Bila air ketuban bercampur mekonium maka penghisapan dari trakea diperlukan untuk mencegah aspirasi mekonium. Hisap dari mulut terlebih dahulu kemudian hisap dari hidung.
3. Melakukan rangsang taktil
a Usap-usap punggung bayi ke arah atas
b Menyentil telapak kaki bayi untuk memberikan rangsangan yang dapat menimbulkan atau mempertahankan pernafasan.
4. Melakukan penilaian bayi
a Memperhatikan dan menilai pernafasan bayi
b Menghitung frekuensi jantung bayi setiap 30 menit
c Menilai warna kulit bayi

5. Melakukan perawatan tali pusat
a Menjepit tali pusat dengan 2 buah klem.
b Memotong tali pusat dengan gunting tali pusat.
c Membungkus pada ibu untuk perawatan tali pusat.
d Mengajarkan pada ibu untuk perawatan wali pusat.
e Menganjurkan pada ibu untuk melakukan perawatan tali pusat.
f Melakukan evaluasi kemampuan ibu untuk mengulang
6. Menjelaskan pada ibu mengenai pentingnya ASI eksklusif
a Menganjurkan pada ibu agar memberikan ASI eksklusif, yaitu dengan tidak memberikan makanan lain selain ASI
b Menganjurkan pada ibu untuk mengonsumsi sayur-sayuran hijau seperti daun katuk, bayam, sawi dan lain-lain.
VII. Evaluasi
Pada tanggal 20 November 2007 pukul 11.00 WIB
1. Suhu tubuh dibungkus dengan handuk kering dan bersih
a Bayi telah dibungkus dengan handuk kering dan bersih
b Tubuh dan kepala bayi telah dikeringkan dengan handuk
c Radian warmer telah melakukan pembebasan jalan nafas
2. Pembebasan jalan nafas telah dilakukan
a. Mata, hidung, dan mulut telah dibersihkan
b. Bayi telah diposisikan dengan benar
c. Jalan nafas telah dibersihkan
3. Rangsang taktil telah dilakukan
Punggung telah diusap ke arah atas
4. Bayi bernafas spontan
5. Perawatan tali pusat telah dilakukan
6. Ibu mengerti mengenai pentingnya ASI eksklusif
a. Ibu mengerti dan bersedia untuk memberikan ASI eksklusif
b. Ibu mengerti dan bersedia untuk mengonsumsi sayur-sayuran hijau
Catatan Perkembangan
Hari ke-2
Tanggal 21 November 2007
S : a. Ibu mengatakan sudah melakukan yang dianjurkan
b. Ibu mengatakan sudah memberi ASI pada bayinya
c. Ibu mengatakan anaknya BAB 3x
d. Ibu mengatakan anaknya tampak sehat dan akan segera pulang
e. Ibu mengatakan anaknya sudah dimandikan dan dibedung
O : a. Keadaan umum bayi anak
Rooting refleks : (+)
Sucking refleks : (+)
Swallowing refleks : (+)
b. Tanda-tanda vital
RR : 30 x / menit
Suhu : 36oC
Nadi : 110 x / menit
c. Warna kulit kemerahan
d. Tali pusat terawat baik dan masih basah
e. Perut bayi tidak kembung
f. Eliminasi
BAB : 3x/hari
BAK : 8x/hari

A : Diagnosa
Bayi baru lahir umur 1 hari
Dasar : Bayi lahir spontan, tanggal 20 November 2007, pukul 10.00 WIB
Masalah : tidak ada
Kebutuhan : 1. Perawatan tali pusat
2. Perawatan pada ibu dan keluarga tentang :
a. Personal hygiene bayi
b. Pemberian ASI eksklusif
c. Pertahankan suhu tubuh bayi
3. Perawatan bayi sehari-hari
P : 1. Mandikan bayi 2 x sehari
2. Merawat tali pusat
3. Berikan penyuluhan pada ibu dan keluarga tentang :
a. Personal hygiene bayi
b. Pemberian ASI eksklusif
c. Pertahankan suhu tubuh bayi

Hari ke 4
Tanggal 23 November 2007
S : 1. Ibu mengatakan bayinya tidak rewel, bayi tidur + 16 jam
2. Ibu mengatakan bayinya BAK + 6 – 8 kali sehari, BAB 2 x sehari
3. Ibu mengatakan bayinya hanya minum ASI saja setiap jam
O : 1. Keadaan umum bayi baik
2. Tanda-tanda vital
RR : 50 x / menit
Suhu : 37oC
Nadi : 130 x / menit
BB : 3000 gr
3. Warna kulit kemerahan
4. Tali pusat masih lemah
A : Diagnosa
Bayi baru lahir normal umur 3 hari
Dasar : Bayi baru lahir spontan pervaginam tanggal 20 2007
Masalah : Tidak ada
Kebutuhan : 1. Perawatan bayi sehari-hari
2. Pemberian ASI Ekslusif
P : 1. Lakukan perawatan bayi sehari-hari
2. Berikan ASI untuk memenuhi kebutuhan bayi

Hari ke 6
Tanggal 25 November 2007
S : 1. Ibu mengatakan bayinya dapat minum ASI dengan baik dan tidak rewel
2. Ibu mengatakan bayinya BAK dan BAB lancar
3. Ibu mengatakan bayinya tidur selama + 16 jam
O : 1. Keadaan umum bayi baik
Tanda – tanda vital
RR : 45 x / menit
Suhu : 37oC
Nadi : 128x/menit
BB : 3000 gr
2. Warna kulit kemerahan
3. Tali pusat mulai kering
A : Diagnosa
Bayi baru lahir normal umur 5 hari
Dasar : Bayi lahir spontan pervaginam tanggal 20 november 2007
Masalah : tidak ada
Kebutuhan : 1. Perawatan bayi sehari-hari
2. Pemberian ASI eksklusif
P : 1. Lakukan perawatan bayi sehari-hari
2. Melakukan immunisasi

DAFTAR PUSTAKA

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC

Wiknjosastro, Gulardi H. dkk. 2007. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : JNPK-KR

Wiknjosastro, Hanifa. 1999. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP

Yayasan Bina Pustaka Prawiroharjo. 2002. Pelaksanaan Kesehatan Maternal dan Neotatal. Jakarta : YBC

2 Comments For This Post

1. BrianK Says:
December 26th, 2009 at 6:31 pm

Hello! I’m newbie in Internet, can you give me some useful links? I know only about Yahoo Yahoo http://yahoo.com Yahoo
2. 1001skripsi Says:
December 26th, 2009 at 7:27 pm

no

Leave a Reply

Name (required)

Mail (will not be published) (required)

Website

Advertise Here

* POPULAR
* COMMENTS
* FEATURED
* Keyword

* Intisari isi
* BERAT BAYI LAHIR RENDAH
* Asfiksia neonatorum
* Kumpulan judul KTI kebidanan
* Kumpulan judul Skripsi Informatika
* best jurnal
* ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL DENGAN ANEMIA RINGAN
* Definisi Ilmu Kesehatan Masyarakat
* Kumpulan judul Skripsi Teknik Informatika
* Penyembuhan Diare

* 1001skripsi: ada sekali harapan,,,sekarang ini dunia serba komp...
* vilda: hmmm nice info... tpi aku baru smtr 4 di jursan s...
* rachmatika.pitasari: tolong kirim kan judul KTI karena saya lg binggung...
* dewapelangi: makasih banget atas informasinya. sangat bermanfaa...
* Ariel: teoritis banget.. i like it,....

Ada bayi bayi baru lahir berat cairan dan dari Definisi dengan depkes ri DISERTATION Hal ibu Indonesia infeksi janin Jaringan JUDUL karena Kebidanan kehamilan kelahiran KESEHATAN kesehatan anak Konsep KTI Lila mampu Mata Metodologi Nadi nutrisi Pada Penulisan pernafasan persalinan plasenta sering TA tidak Topik TUGAS AHIR Tutorial VI yang
Advertise Here

*
CATEGORIES
o DISERTATION (4)
o Ekonomi (1)
o Kebidanan (51)
o Keperawatan (13)
o KESEHATAN (99)
o KOMPUTER (26)
o Network (4)
o NEWS (44)
o Robotik (3)
o Sex (4)
o TUGAS AHIR (4)
o WebMaster (1)

menu

* DISERTATION (4)
* Ekonomi (1)
* Kebidanan (51)
* Keperawatan (13)
* KESEHATAN (99)
* KOMPUTER (26)
* Network (4)
* NEWS (44)
* Robotik (3)
* Sex (4)
* TUGAS AHIR (4)
* WebMaster (1)

To Days Info

*
ARCHIVES
o February 2010 (1)
o January 2010 (48)
o December 2009 (81)
o November 2009 (4)

THESIS 2009 News

* Kumpulan KTI kebidanan 2010
* Daftar skripsi Manajemen Sumber Daya Manusia
* Pencegahan Infeksi Neonatus
* Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Asi
* Menyusui pada wanita Karir dan Teknik Memerah
* Hubungan Intim Saat Menyusui
* Inisialisasi Dini
* Cara Menyapih Tips
* Hubungan Asi dan Kontrasepsi
* Cara Menyusui Yang Benar
* Pedoman Asuhan Pada Proses Kelahiran Normal
* Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita
* Siklus Endomitreum
* Anatomi dan Fisiologi Sel
* Fisiologi dan Anatomi

Blogroll

* Amikom.ac.id
* Dony Ariyus

1234
X << CLOSE

Iklan sponsor blog ini
Kerja Cerdas Dan Bukan Kerja Keras
DISKON 50 % UNTUK ORDER/DAFTAR HARI INI (BURUAN)

kursus KILAT Bhs Inggris WWW.TEGUHHANDOKO.COM
UBAH HIDUPMU SAAT INI-MODAL HNY 100Rb HASIL 2Jt/Hr
HEBAT!! BISA MENGHASILKAN JUTAAN RUPIAH,ANDA MAU J
ANDA DICARIKAN DOWNLINE DAN PASTI SUKSES
HANYA 50Rb SISTEM PENGHASIL UANG OTOMATIS-NEW!
INGIN KAYA?HANYA DALAM 5 MENIT
WOW ! SETIAP HARI DAPAT 1,5 JUTA DI REKENING
Anda Dapat Hasil Dan dipromosikan
ANDA DIPROMOSIKAN PENGELOLA dan Pasive inCome
Anda Dicarikan Downline Dan pAsti Sukses
SAYA MENGHASILKAN UANG Rp.5.115.206 DALAM 1 HARI
KumpulBlogger.com

http://www.thesisfull.com/asfiksia-neonatorum-2/
02 maret 2010

Read More......

pemandangan

pemandangan
HIJAUKAN TANAH INI 01/24/2008

puisi

 

HIJAUKAN TANAH INI

Ketika pohon-pohon nan hijau bertumbangan
udara mulai memanas nan menyengat
Air dan lautan mulai keruh menghitam
Penghuni dalam lautan meratap sekarat tak berdaya
Tanah mulai meradang gersang dan berasap tebal
Binatang-binatang punah korban pembantaian brutal manusia
Dan terakhir manusia-manusia musnah korban pembantaian keserakahan
Bayangkan…, begitu seram masa depan tanah ini.

Aneh…, justru manusia-manusia saling menuding dan saling berkata benar
Nyatanya tanah ini merintih, merana, dan berdarah
Adakah suatu hukum yang adil ditanah ini ?
Atau suatu hukum sedang sembunyi ketakutan ?
Gara-gara kelompok manusia serakah yang kejam
Berakibat pembantaian masal hewan-hewan, pepohonan, dan manusia sendiri
Jika terlihat kelompok manusia sedang membantai keji hutan hijau
Tembak sajalah!

Hijaukan tanah ini !
Demi manusia-manusia , demi hewan-hewan, demi penghuni dalam lautan
demi pepohonan nan rindang, demi masa depan anak-anak bangsa

By Nenen Gunadi
Owen Sound, Juli,10-07

 


Comments

Tue, 28 Oct 2008 16:19:08

yuk hijaukan tanah ini
dan jangan biarkan poho2 tumbang..

 

Wed, 12 Nov 2008 08:20:17

 

Sky(*_*)

Wed, 18 Feb 2009 00:42:50

pesan yang memotivasi, its Good your poetry <_>

 



Leave a Reply

Name (required)
Email (not published)
Website


 

bunga

bunga