Senin, 01 Maret 2010


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka kematian bayi (AKB) merupakan salah satu indikator sosial yang sangat penting untuk mengukur keberhasilan program pemberantasan kematian bayi dan untuk melihat status kesehatan ibu dan anak (Kosim. M, 2003).

Di seluruh dunia, 4 juta bayi meninggal pada tahun pertama yang disebabkan komplikasi BBLR. Kurang lebih 99% kematian ini dapat dicegah dengan pengenalan dini/deteksi dini dan pengobatan tepat pada antenatal (Leonardo, 2008).

Berdasarkan organisasi kesehatan dunia atau World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa sekitar 23% seluruh kematian neonatus disebabkan oleh asfiksia neonatorum dengan proporsi lahir mati yang lebih besar. Asfiksia neonatorum merupakan penyebab ketiga kematian setelah prematur dan infeksi (Arixs, 2006).

Indonesia pada saat ini masih menghadapi berbagai kendala dalam pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) khususnya dalam bidang kesehatan. Hal ini tampak dari masih tingginya angka kematian neonatal. Menurut data Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), menyebutkan penyebab kematian bayi baru lahir di Indonesia, salah satunya asfiksia (27%) yang merupakan penyebab ke-2 kematian bayi baru lahir setelah BBLR. Berdasarkan penelitian di Kota Cirebon yang dilakukan oleh Ella tahun 2004-2005 di Puskesmas, bahwa dari 44.000 kelahiran hidup setiap tahunnya, 500 bayi (2,1%) diantaranya mengalami kematian neonatal dan sebanyak 260 (28,8% kematian tersebut diakibatkan oleh asfiksia (Depkes, 2004). Sama halnya dengan Sumatera Utara, angka kematian bayi 166.500 dan yang menderita Asfiksia sebanyak 43.956 bayi (26,4%) (Dinkes Medan, 2008).

Kematian neonatal dini lebih banyak disebabkan secara intrinsik dengan kesehatan ibu dan perawatan yang diterima sebelum, selama dan setelah persalinan. Demikian halnya dengan asfiksia neonatorum pada umumnya disebabkan oleh manajamen persalinan yang tidak sesuai dengan standar dan kurangnya kesadaran ibu untuk memeriksakan kehamilannya ke tenaga kesehatan. Kurangnya asupan kalori dan nutrisi pada saat masa kehamilan juga dapat mengakibatkan terjadinya asfiksia. Hampir tiga per empat dari semua kematian bayi baru lahir dapat dicegah apabila ibu mendapatkan nutrisi yang cukup, pelayanan antenatal yang berkualitas, asuhan persalinan normal dan pelayanan kesehatan neonatal oleh tenaga kesehatan yang profesional (Leonardo, 2008).

Angka kematian bayi baru lahir yang diakibatkan oleh asfiksia masih tinggi, oleh karena itu asfiksia memerlukan intervensi dan tindakan resusitasi segera setelah lahir untuk meminimalkan mortalitas dan morbiditas. Di negara maju ataupun negara berkembang tersedia sarana resusitasi dasar dan tenaga kesehatan yang kurang terampil melakukan resusitasi bayi. Padahal resusitasi dasar yang efektif dapat mencegah kematian bayi baru lahir dengan asfiksia sampai 3/4-nya (Wayan, 2006).

Di Indonesia dilakukan berbagai upaya dalam menurunkan angka kematian BBL diakibatkan asfiksia salah satunya dengan cara melakukan suatu pelatihan keterampilan resusitasi kepada para tenaga kesehatan agar lebih terampil dalam melakukan resusitasi dan menganjurkan kepada masyarakat ataupun ibu khususnya, agar setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan dan keterampilan (Dinkes Medan, 2008).

Berdasarkan survey pendahuluan dari Medical Record RSU. Dr. F. L. Tobing Sibolga tahun 2008, bayi baru lahir dengan asfiksia sebanyak 130 bayi (22,76%) dari 571 persalinan spontan maupun sectio Caecarea dan sebanyak 30 bayi (23,1%) yang meninggal diakibatkan asfiksia berat terutama pada bayi yang lahir prematur.

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka penulis tertarik untuk mengetahui “Gambaran kasus Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia di RSU.Dr. F.L. Tobing Sibolga Tahun 2008”.http://addy1571.wordpress.com/2009/08/23/gambaran-kasus-bayi-baru-lahir-dengan-asfiksia/02 maret 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pemandangan

pemandangan
HIJAUKAN TANAH INI 01/24/2008

puisi

 

HIJAUKAN TANAH INI

Ketika pohon-pohon nan hijau bertumbangan
udara mulai memanas nan menyengat
Air dan lautan mulai keruh menghitam
Penghuni dalam lautan meratap sekarat tak berdaya
Tanah mulai meradang gersang dan berasap tebal
Binatang-binatang punah korban pembantaian brutal manusia
Dan terakhir manusia-manusia musnah korban pembantaian keserakahan
Bayangkan…, begitu seram masa depan tanah ini.

Aneh…, justru manusia-manusia saling menuding dan saling berkata benar
Nyatanya tanah ini merintih, merana, dan berdarah
Adakah suatu hukum yang adil ditanah ini ?
Atau suatu hukum sedang sembunyi ketakutan ?
Gara-gara kelompok manusia serakah yang kejam
Berakibat pembantaian masal hewan-hewan, pepohonan, dan manusia sendiri
Jika terlihat kelompok manusia sedang membantai keji hutan hijau
Tembak sajalah!

Hijaukan tanah ini !
Demi manusia-manusia , demi hewan-hewan, demi penghuni dalam lautan
demi pepohonan nan rindang, demi masa depan anak-anak bangsa

By Nenen Gunadi
Owen Sound, Juli,10-07

 


Comments

Tue, 28 Oct 2008 16:19:08

yuk hijaukan tanah ini
dan jangan biarkan poho2 tumbang..

 

Wed, 12 Nov 2008 08:20:17

 

Sky(*_*)

Wed, 18 Feb 2009 00:42:50

pesan yang memotivasi, its Good your poetry <_>

 



Leave a Reply

Name (required)
Email (not published)
Website


 

bunga

bunga